Rabu, 16 Mei 2012

URGENSI REKRUTMEN DAN STRATEGI REKRUTMEN

"
"URGENSI REKRUTMEN DAN STRATEGI REKRUTMEN"
1. Pendahuluan
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS. Ash-Shaff : 4)
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”.(QS. At-Tahrim : 6)
Aset berharga dan termahal bagi suatu pergerakan dakwah tidak dapat dilihat hanya dari  seberapa banyak dana dan fasilitas yang dimiliki oleh suatu agen pergerakan dakwah. Namun lebih dari itu semua, hal yang mendasar bagi keberlanjutan dakwah ini selain syiar adalah aspek kaderisasi. Sedemikian penting aspek ini bagi suatu pergerakan dakwah sehingga Rasululloh SAW pun turun langsung dalam membina para shahabat beliau demi terciptanya kader yang berkualitas dalam segi ukhrowi maupun duniawi. Sejarah telah mencatat bahwa kader-kader yang dibina oleh Rasululloh SAW memiliki rasa loyalitas dan totalitas dalam mendukung dan berjuang demi tegaknya kalimat Allah ta’ala di bumiNYA ini. Dari penjelasan singkat di atas maka perlu sejumlah upaya yang istiqhomah untuk “menkonservasi” yaitu melindungi, menjaga, dan melestarikan aspek kaderisasi ini.  Mungkin apa jadinya jika aspek kaderisasi ini mati dalam suatu pergerakan dakwah, maka sudah pasti akan terbayang dibenak kita bahwa yang akan terjadi adalah tidak ada lagi yang melanjutkan estafet dakwah ini dalam suatu lingkup tertentu sehingga hal ini sudah barang tentu akan mengancam dakwah itu sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.
2. Urgensi Rekrutmen
Beberapa definisi rekrutmen yang di dapat dari berbagai sumber, yaitu proses menarik masuk seseorang ke dalam barisan da’wah (Lembaga Dakwah) untuk kemudian dibina, dilakukan penyeleksian/penyaringan SDM yang siap dibentuk:
·         Berpotensi mengubah diri
·         Berpotensi mengubah orang lain
Berburu bakat. “manusia itu seperti barang tambang, yang terbaik di masa jahiliyyah tebaik juga dalam Islam”.
Agar dakwah tidak jalan di tempat atau bahkan mundur, diperlukan sebuah proses i’dad/persiapan; kaderisasi. Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa : 9). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Melakukan rekrutmen seoptimal mungkin. Mengapa seoptimal mungkin, bukan sebanyak mungkin? Jangan sampai nanti kadernya banyak justru sulit mengelola, malah menjadi permasalahan sendiri. Kata kuncinya adalah keoptimalan. Disinilah kekuatan data berperan penting. Rekrutmen pastinya masuk dalam salah satu bagian alur kaderisasi Lembaga Dakwah, dengan berbagai strateginya, dengan berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan. Atau dengan istilah lain dengan berbagai pintu masuknya.
Namun kita jangan lupa peran dari kader yang sudah ada di Lembaga Dakwah yang utama untuk fungsi perekrutan. Kaderlah ujung tombak dari proses rekrutmen. Disini dakwah fardhiyah (personal) yang utama. Sebagus apapun acara untuk merekrut kader, kalau ujung tombaknya tak mau berdakwah fardhiyah, maka hasilnya sulit untuk sesuai yang diharapkan. Di sini kualitas kader sangat menunjang. Satu lagi catatan, dalam rekrutmen kita jangan hanya terpatok pada waktu rekrutmen yang ada pada alur kaderisasi. Tapi rekrutmen selayaknya dilakukan sepanjang masa kepengurusan. Pada fungsi ini, keberhasilan adalah pada terpenuhinya kuantitas kader.
Pada aspek kaderisasi perlu diperhatikan pula bahwa yang dikejar tidak hanya semata-mata poin kuantitas namun juga poin kualitas, sebagaimana  Allah ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imron : 146-148. Pertama, Nabi membutuhkan pengikut dalam jumlah yang besar sebagai barisan mujahid fi sabilillah. Kedua,  mereka memiliki kualitas yang handal dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (‘adamu al wahn), tidak mudah lesu (‘adamu adh dha’fu), tidak gampang menyerah (‘adamu al istikanah). Ketiga, mereka adalah orang-orang yang menyadari kelemahan dan kesalahan diri. Maka, fokus kerja kaderisasi, yaitu: (1) to raise the quantity (numu al kamiyah), kuantitas (2) to develop the quality (numu an nau’iyah), kualitas (3) to build up the competence (numu al qudrah).
Fungsi kaderisasi ini meliputi proses-proses pendataan; rekrutmen kader; ri’ayah (penjagaan) dan tarqiyah (up grading); penataan dan pengkaryaan; serta mutaba’ah (control & monitoring). Untuk mendukung proses-proses tersebut diperlukan pula koordinasi dan komunikasi antar elemen Lembaga Dakwah. Dan yang tak kalah penting adanya elemen Lembaga Dakwah yang memang bertugas khusus mengampu proses ini. Ada elemen yang khusus mensistemkan bagaimana kaderisasi di Lembaga Dakwah, bagaimana alurnya, bagaimana standar mutu kader Lembaga Dakwah yang harus dicapai sistem kaderisasi Lembaga Dakwah, bagaimana pembagian peran elemen-elemen Lembaga Dakwah dalam fungsi kaderisasi, dsb.
3. Strategi Rekrutmen
Jika kita ingin mengkaji terkait strategi rekrutmen maka sudah barang tentu kita harus mengaca kepada Rasululloh SAW. Umumnya pola rekrutmen yang diterapkan oleh beliau adalah  melalui qudwah hasanah beliau. Beliau menjadi suri tauladan yang baik tidak hanya bagi shahabat-shahabat beliau namun juga kepada musuh – musuh beliau sehingga hal ini menimbulkan rasa simpatik dan akhirnya menarik mereka untuk menjadi pengikut Rasululloh SAW. Sebagaimana firman Allah ta’ala: “Telah ada pada diri Rasululloh SAW suri tauladan yang baik bagi kalian”. Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Adapun setelah rekrutmen dinilai berhasil maka perlu dilakukan tahapan dalam proses kaderisasi : Tansyi’ah wal tanmiyah: Pembentukan dan pengembangan Ri’ayah: Pemeliharaan Taujih wal tauzhif: Pengarahan dan pendayagunaan
Tansyi`ah wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan) : Yaitu membentuk dasar kemampuan seorang kader sebagai calon penerus amanah dan mengembangkan dasar kemampuan tersebut, termasuk bila seorang kader memiliki kelebihan atau bakat ternentu. Dalam proses tansyi`ah harus memperhatikan tiga sisi penting yaitu : Pembentukan ruhiyah ma`nawiyah: kekuatan moral dan ruhi (liqoat/mentoring, mabit) Pembentukan Fikriyah Tsaqofiyah: kekuatan fikir (diskusi, bedah buku, taklim) Amaliyah Harakiyah: kemauan bertindak. (membantu dalam kepanitiaan dan kegiatan) Juga pengembangan secara terus menerus Tansyi`ah wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan)
Ar Ri`ayah (pemeliharaan) : Kepribadian Islami yang sudah atau mulai terbentuk harus dijaga dan dipelihara ma`nawiyah, fikriyah dan amaliyahnya Proses kaderisasi selalu dimutaba`ah (dikontrol) dan ditaqwim (dievaluasi) sehingga jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah.
At Taujih (pengarahan) dan At Tauzhif (Pemberdayaan). : Pengembangan kader tidak boleh berhenti pada aspek pribadi, tapi juga bagaimana kader tersebut berperan dalam melakukan perbaikan. Karenanya diperlukan pengarahan dan penempatan dalam aktivitas-aktivitas dakwah, dengan memperhatikan kualitas, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
4. Kesimpulan
1.      Urgensi Dakwah, Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa : 9).
2.      Strategi rekrutmen dapat disesuaikan dari lingkungan masing-masing, namun pola rekrutmen hendaknya disesuaikan dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasululloh SAW, yaitu dengan uswatun hasanah.
Wallahua'lam bi showab... 

Sumber:
LDK : Akankah Hanya Menjadi Fondasi  yang Tak Kunjung Kokoh Berdiri?
Proses Kaderisasi : Proses Kaderisasi Diskusi Online IPTIJ – 9 Agustus 2010
Proyek Peradaban Kita (Ditulis oleh Anis Matta, diambil dari buku “Menikmati Demokrasi)
Ibnu, Abdul Malik. 2000. Sehari di Rumah Rasululloh SAW. Gema Insani Press: Jakarta.

"

"URGENSI REKRUTMEN DAN STRATEGI REKRUTMEN"
1. Pendahuluan
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS. Ash-Shaff : 4)
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”.(QS. At-Tahrim : 6)
Aset berharga dan termahal bagi suatu pergerakan dakwah tidak dapat dilihat hanya dari  seberapa banyak dana dan fasilitas yang dimiliki oleh suatu agen pergerakan dakwah. Namun lebih dari itu semua, hal yang mendasar bagi keberlanjutan dakwah ini selain syiar adalah aspek kaderisasi. Sedemikian penting aspek ini bagi suatu pergerakan dakwah sehingga Rasululloh SAW pun turun langsung dalam membina para shahabat beliau demi terciptanya kader yang berkualitas dalam segi ukhrowi maupun duniawi. Sejarah telah mencatat bahwa kader-kader yang dibina oleh Rasululloh SAW memiliki rasa loyalitas dan totalitas dalam mendukung dan berjuang demi tegaknya kalimat Allah ta’ala di bumiNYA ini. Dari penjelasan singkat di atas maka perlu sejumlah upaya yang istiqhomah untuk “menkonservasi” yaitu melindungi, menjaga, dan melestarikan aspek kaderisasi ini.  Mungkin apa jadinya jika aspek kaderisasi ini mati dalam suatu pergerakan dakwah, maka sudah pasti akan terbayang dibenak kita bahwa yang akan terjadi adalah tidak ada lagi yang melanjutkan estafet dakwah ini dalam suatu lingkup tertentu sehingga hal ini sudah barang tentu akan mengancam dakwah itu sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.
2. Urgensi Rekrutmen
Beberapa definisi rekrutmen yang di dapat dari berbagai sumber, yaitu proses menarik masuk seseorang ke dalam barisan da’wah (Lembaga Dakwah) untuk kemudian dibina, dilakukan penyeleksian/penyaringan SDM yang siap dibentuk:
·         Berpotensi mengubah diri
·         Berpotensi mengubah orang lain
Berburu bakat. “manusia itu seperti barang tambang, yang terbaik di masa jahiliyyah tebaik juga dalam Islam”.
Agar dakwah tidak jalan di tempat atau bahkan mundur, diperlukan sebuah proses i’dad/persiapan; kaderisasi. Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa : 9). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Melakukan rekrutmen seoptimal mungkin. Mengapa seoptimal mungkin, bukan sebanyak mungkin? Jangan sampai nanti kadernya banyak justru sulit mengelola, malah menjadi permasalahan sendiri. Kata kuncinya adalah keoptimalan. Disinilah kekuatan data berperan penting. Rekrutmen pastinya masuk dalam salah satu bagian alur kaderisasi Lembaga Dakwah, dengan berbagai strateginya, dengan berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan. Atau dengan istilah lain dengan berbagai pintu masuknya.
Namun kita jangan lupa peran dari kader yang sudah ada di Lembaga Dakwah yang utama untuk fungsi perekrutan. Kaderlah ujung tombak dari proses rekrutmen. Disini dakwah fardhiyah (personal) yang utama. Sebagus apapun acara untuk merekrut kader, kalau ujung tombaknya tak mau berdakwah fardhiyah, maka hasilnya sulit untuk sesuai yang diharapkan. Di sini kualitas kader sangat menunjang. Satu lagi catatan, dalam rekrutmen kita jangan hanya terpatok pada waktu rekrutmen yang ada pada alur kaderisasi. Tapi rekrutmen selayaknya dilakukan sepanjang masa kepengurusan. Pada fungsi ini, keberhasilan adalah pada terpenuhinya kuantitas kader.
Pada aspek kaderisasi perlu diperhatikan pula bahwa yang dikejar tidak hanya semata-mata poin kuantitas namun juga poin kualitas, sebagaimana  Allah ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imron : 146-148. Pertama, Nabi membutuhkan pengikut dalam jumlah yang besar sebagai barisan mujahid fi sabilillah. Kedua,  mereka memiliki kualitas yang handal dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (‘adamu al wahn), tidak mudah lesu (‘adamu adh dha’fu), tidak gampang menyerah (‘adamu al istikanah). Ketiga, mereka adalah orang-orang yang menyadari kelemahan dan kesalahan diri. Maka, fokus kerja kaderisasi, yaitu: (1) to raise the quantity (numu al kamiyah), kuantitas (2) to develop the quality (numu an nau’iyah), kualitas (3) to build up the competence (numu al qudrah).
Fungsi kaderisasi ini meliputi proses-proses pendataan; rekrutmen kader; ri’ayah (penjagaan) dan tarqiyah (up grading); penataan dan pengkaryaan; serta mutaba’ah (control & monitoring). Untuk mendukung proses-proses tersebut diperlukan pula koordinasi dan komunikasi antar elemen Lembaga Dakwah. Dan yang tak kalah penting adanya elemen Lembaga Dakwah yang memang bertugas khusus mengampu proses ini. Ada elemen yang khusus mensistemkan bagaimana kaderisasi di Lembaga Dakwah, bagaimana alurnya, bagaimana standar mutu kader Lembaga Dakwah yang harus dicapai sistem kaderisasi Lembaga Dakwah, bagaimana pembagian peran elemen-elemen Lembaga Dakwah dalam fungsi kaderisasi, dsb.
3. Strategi Rekrutmen
Jika kita ingin mengkaji terkait strategi rekrutmen maka sudah barang tentu kita harus mengaca kepada Rasululloh SAW. Umumnya pola rekrutmen yang diterapkan oleh beliau adalah  melalui qudwah hasanah beliau. Beliau menjadi suri tauladan yang baik tidak hanya bagi shahabat-shahabat beliau namun juga kepada musuh – musuh beliau sehingga hal ini menimbulkan rasa simpatik dan akhirnya menarik mereka untuk menjadi pengikut Rasululloh SAW. Sebagaimana firman Allah ta’ala: “Telah ada pada diri Rasululloh SAW suri tauladan yang baik bagi kalian”. Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Adapun setelah rekrutmen dinilai berhasil maka perlu dilakukan tahapan dalam proses kaderisasi : Tansyi’ah wal tanmiyah: Pembentukan dan pengembangan Ri’ayah: Pemeliharaan Taujih wal tauzhif: Pengarahan dan pendayagunaan
Tansyi`ah wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan) : Yaitu membentuk dasar kemampuan seorang kader sebagai calon penerus amanah dan mengembangkan dasar kemampuan tersebut, termasuk bila seorang kader memiliki kelebihan atau bakat ternentu. Dalam proses tansyi`ah harus memperhatikan tiga sisi penting yaitu : Pembentukan ruhiyah ma`nawiyah: kekuatan moral dan ruhi (liqoat/mentoring, mabit) Pembentukan Fikriyah Tsaqofiyah: kekuatan fikir (diskusi, bedah buku, taklim) Amaliyah Harakiyah: kemauan bertindak. (membantu dalam kepanitiaan dan kegiatan) Juga pengembangan secara terus menerus Tansyi`ah wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan)
Ar Ri`ayah (pemeliharaan) : Kepribadian Islami yang sudah atau mulai terbentuk harus dijaga dan dipelihara ma`nawiyah, fikriyah dan amaliyahnya Proses kaderisasi selalu dimutaba`ah (dikontrol) dan ditaqwim (dievaluasi) sehingga jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah.
At Taujih (pengarahan) dan At Tauzhif (Pemberdayaan). : Pengembangan kader tidak boleh berhenti pada aspek pribadi, tapi juga bagaimana kader tersebut berperan dalam melakukan perbaikan. Karenanya diperlukan pengarahan dan penempatan dalam aktivitas-aktivitas dakwah, dengan memperhatikan kualitas, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
4. Kesimpulan
1.      Urgensi Dakwah, Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa : 9).
2.      Strategi rekrutmen dapat disesuaikan dari lingkungan masing-masing, namun pola rekrutmen hendaknya disesuaikan dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasululloh SAW, yaitu dengan uswatun hasanah.
Wallahua'lam bi showab... 

Sumber:
LDK : Akankah Hanya Menjadi Fondasi  yang Tak Kunjung Kokoh Berdiri?
Proses Kaderisasi : Proses Kaderisasi Diskusi Online IPTIJ – 9 Agustus 2010
Proyek Peradaban Kita (Ditulis oleh Anis Matta, diambil dari buku “Menikmati Demokrasi)
Ibnu, Abdul Malik. 2000. Sehari di Rumah Rasululloh SAW. Gema Insani Press: Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBSITE jqpandanus