Rabu, 16 Mei 2012

WANT TO SELL KARATE T-SHIRT




WANT TO SELL KARATE T-SHIRT: JUAL KAOS ANEKA BELADIRI READY STOCK DAN PRE ORDER 

Bagi anda pecinta dan pelaku beladiri, kurang lengkap rasanya jika belum memiliki souvenir beladiri yang anda cintai...maka jqpandanus memenuhi dahaga anda tersebut dengan menawarkan aneka souvenir aneka beladiri.Produk kami saat ini tersedia kaos dan aneka sticker cutting. Silahkan bagi anda yang berminat dapat segera menghubungi 08562820086 dengan sms ataupun call.

 Gambar 1. Tampak kaos ready stock   

Deskripsi kaos: berbahan katun kombet 20s dan 24s, sablon rubber, ukuran gambar > A4 - A3, tersedia ukuran S, M, L, XL (tergantung dari stock yang ada), harga Rp 80.000,00 (Indonesia-exclude ongkir)
kami berlokasi di Kota Semarang dan silahkan bagi peminat yang berdomisili di Semarang dan sekitarnya dapat COD di SPBU UNDIP, Tembalang  
Gambar 2. Desain kaos "In Karate There is No First Attack" (designed by jqpandanus
  
Kami juga menerima reseller dengan harga murah meriah (minimal order 20 pcs/desain).
Terima kasih atas perhatian anda....:)

URGENSI REKRUTMEN DAN STRATEGI REKRUTMEN


"URGENSI REKRUTMEN DAN STRATEGI REKRUTMEN"
1. Pendahuluan
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS. Ash-Shaff : 4)
Allah Ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”.(QS. At-Tahrim : 6)
Aset berharga dan termahal bagi suatu pergerakan dakwah tidak dapat dilihat hanya dari  seberapa banyak dana dan fasilitas yang dimiliki oleh suatu agen pergerakan dakwah. Namun lebih dari itu semua, hal yang mendasar bagi keberlanjutan dakwah ini selain syiar adalah aspek kaderisasi. Sedemikian penting aspek ini bagi suatu pergerakan dakwah sehingga Rasululloh SAW pun turun langsung dalam membina para shahabat beliau demi terciptanya kader yang berkualitas dalam segi ukhrowi maupun duniawi. Sejarah telah mencatat bahwa kader-kader yang dibina oleh Rasululloh SAW memiliki rasa loyalitas dan totalitas dalam mendukung dan berjuang demi tegaknya kalimat Allah ta’ala di bumiNYA ini. Dari penjelasan singkat di atas maka perlu sejumlah upaya yang istiqhomah untuk “menkonservasi” yaitu melindungi, menjaga, dan melestarikan aspek kaderisasi ini.  Mungkin apa jadinya jika aspek kaderisasi ini mati dalam suatu pergerakan dakwah, maka sudah pasti akan terbayang dibenak kita bahwa yang akan terjadi adalah tidak ada lagi yang melanjutkan estafet dakwah ini dalam suatu lingkup tertentu sehingga hal ini sudah barang tentu akan mengancam dakwah itu sendiri. Na’udzubillahi min dzalik.
2. Urgensi Rekrutmen
Beberapa definisi rekrutmen yang di dapat dari berbagai sumber, yaitu proses menarik masuk seseorang ke dalam barisan da’wah (Lembaga Dakwah) untuk kemudian dibina, dilakukan penyeleksian/penyaringan SDM yang siap dibentuk:
·         Berpotensi mengubah diri
·         Berpotensi mengubah orang lain
Berburu bakat. “manusia itu seperti barang tambang, yang terbaik di masa jahiliyyah tebaik juga dalam Islam”.
Agar dakwah tidak jalan di tempat atau bahkan mundur, diperlukan sebuah proses i’dad/persiapan; kaderisasi. Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa : 9). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Melakukan rekrutmen seoptimal mungkin. Mengapa seoptimal mungkin, bukan sebanyak mungkin? Jangan sampai nanti kadernya banyak justru sulit mengelola, malah menjadi permasalahan sendiri. Kata kuncinya adalah keoptimalan. Disinilah kekuatan data berperan penting. Rekrutmen pastinya masuk dalam salah satu bagian alur kaderisasi Lembaga Dakwah, dengan berbagai strateginya, dengan berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan. Atau dengan istilah lain dengan berbagai pintu masuknya.
Namun kita jangan lupa peran dari kader yang sudah ada di Lembaga Dakwah yang utama untuk fungsi perekrutan. Kaderlah ujung tombak dari proses rekrutmen. Disini dakwah fardhiyah (personal) yang utama. Sebagus apapun acara untuk merekrut kader, kalau ujung tombaknya tak mau berdakwah fardhiyah, maka hasilnya sulit untuk sesuai yang diharapkan. Di sini kualitas kader sangat menunjang. Satu lagi catatan, dalam rekrutmen kita jangan hanya terpatok pada waktu rekrutmen yang ada pada alur kaderisasi. Tapi rekrutmen selayaknya dilakukan sepanjang masa kepengurusan. Pada fungsi ini, keberhasilan adalah pada terpenuhinya kuantitas kader.
Pada aspek kaderisasi perlu diperhatikan pula bahwa yang dikejar tidak hanya semata-mata poin kuantitas namun juga poin kualitas, sebagaimana  Allah ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imron : 146-148. Pertama, Nabi membutuhkan pengikut dalam jumlah yang besar sebagai barisan mujahid fi sabilillah. Kedua,  mereka memiliki kualitas yang handal dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (‘adamu al wahn), tidak mudah lesu (‘adamu adh dha’fu), tidak gampang menyerah (‘adamu al istikanah). Ketiga, mereka adalah orang-orang yang menyadari kelemahan dan kesalahan diri. Maka, fokus kerja kaderisasi, yaitu: (1) to raise the quantity (numu al kamiyah), kuantitas (2) to develop the quality (numu an nau’iyah), kualitas (3) to build up the competence (numu al qudrah).
Fungsi kaderisasi ini meliputi proses-proses pendataan; rekrutmen kader; ri’ayah (penjagaan) dan tarqiyah (up grading); penataan dan pengkaryaan; serta mutaba’ah (control & monitoring). Untuk mendukung proses-proses tersebut diperlukan pula koordinasi dan komunikasi antar elemen Lembaga Dakwah. Dan yang tak kalah penting adanya elemen Lembaga Dakwah yang memang bertugas khusus mengampu proses ini. Ada elemen yang khusus mensistemkan bagaimana kaderisasi di Lembaga Dakwah, bagaimana alurnya, bagaimana standar mutu kader Lembaga Dakwah yang harus dicapai sistem kaderisasi Lembaga Dakwah, bagaimana pembagian peran elemen-elemen Lembaga Dakwah dalam fungsi kaderisasi, dsb.
3. Strategi Rekrutmen
Jika kita ingin mengkaji terkait strategi rekrutmen maka sudah barang tentu kita harus mengaca kepada Rasululloh SAW. Umumnya pola rekrutmen yang diterapkan oleh beliau adalah  melalui qudwah hasanah beliau. Beliau menjadi suri tauladan yang baik tidak hanya bagi shahabat-shahabat beliau namun juga kepada musuh – musuh beliau sehingga hal ini menimbulkan rasa simpatik dan akhirnya menarik mereka untuk menjadi pengikut Rasululloh SAW. Sebagaimana firman Allah ta’ala: “Telah ada pada diri Rasululloh SAW suri tauladan yang baik bagi kalian”. Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Adapun setelah rekrutmen dinilai berhasil maka perlu dilakukan tahapan dalam proses kaderisasi : Tansyi’ah wal tanmiyah: Pembentukan dan pengembangan Ri’ayah: Pemeliharaan Taujih wal tauzhif: Pengarahan dan pendayagunaan
Tansyi`ah wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan) : Yaitu membentuk dasar kemampuan seorang kader sebagai calon penerus amanah dan mengembangkan dasar kemampuan tersebut, termasuk bila seorang kader memiliki kelebihan atau bakat ternentu. Dalam proses tansyi`ah harus memperhatikan tiga sisi penting yaitu : Pembentukan ruhiyah ma`nawiyah: kekuatan moral dan ruhi (liqoat/mentoring, mabit) Pembentukan Fikriyah Tsaqofiyah: kekuatan fikir (diskusi, bedah buku, taklim) Amaliyah Harakiyah: kemauan bertindak. (membantu dalam kepanitiaan dan kegiatan) Juga pengembangan secara terus menerus Tansyi`ah wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan)
Ar Ri`ayah (pemeliharaan) : Kepribadian Islami yang sudah atau mulai terbentuk harus dijaga dan dipelihara ma`nawiyah, fikriyah dan amaliyahnya Proses kaderisasi selalu dimutaba`ah (dikontrol) dan ditaqwim (dievaluasi) sehingga jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah.
At Taujih (pengarahan) dan At Tauzhif (Pemberdayaan). : Pengembangan kader tidak boleh berhenti pada aspek pribadi, tapi juga bagaimana kader tersebut berperan dalam melakukan perbaikan. Karenanya diperlukan pengarahan dan penempatan dalam aktivitas-aktivitas dakwah, dengan memperhatikan kualitas, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.
4. Kesimpulan
1.      Urgensi Dakwah, Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa : 9).
2.      Strategi rekrutmen dapat disesuaikan dari lingkungan masing-masing, namun pola rekrutmen hendaknya disesuaikan dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasululloh SAW, yaitu dengan uswatun hasanah.
Wallahua'lam bi showab... 

Sumber:
LDK : Akankah Hanya Menjadi Fondasi  yang Tak Kunjung Kokoh Berdiri?
Proses Kaderisasi : Proses Kaderisasi Diskusi Online IPTIJ – 9 Agustus 2010
Proyek Peradaban Kita (Ditulis oleh Anis Matta, diambil dari buku “Menikmati Demokrasi)
Ibnu, Abdul Malik. 2000. Sehari di Rumah Rasululloh SAW. Gema Insani Press: Jakarta.

SEKILAS TENTANG WUSHU

 "SEKILAS TENTANG WUSHU"

Pada masa dulu dan juga sekarang masih sering kita dengar kata-kata “Berlatih Kung Fu”, sedikit sekali yang mengatakan berlatih Wushu. Memang sampai saat ini penggunaan istilah Wushu diseluruh dunia belum beragam. Sebab sejarah perjalanan Wushu ke arena olahraga masih pendek dan belum dikenal dan diketahui secara luas. Bila diselami setindak lebih mendalam ke lapisan kebudayaan, Wushu menyangkut falsafah klasik Tiongkok, seni dan kedokteran tradisional dan bidang-bidang lain.  

Di dalam sejarah kebudayaan tiongkok, terdapat sumber-sumber Wushu yang beraneka ragam. Dalam beberapa ribu tahun ini, istilah-istilah yang digunakan bermacam-macam. Istilah yang paling banyak digunakan wuyi atau dalam penterjemahan sebagai martial art. Setelah memasuki abad ke-20 ini istilah Wushu mulai populer. Sebelumnya orang-orang menggunakan dialek Cantonese dan Hokkian, yaitu menggunakan istilah “Kunthao”. Di dunia barat justru istilah “Kung Fu” yang paling populer, oleh karenanya orang menjadi bingung. Istilah Kung Fu sebagai pronome Wushu sesungguhnya diciptakan dan dibawa pulang ke benua Eropa oleh para penginjil Perancis yang berhasil mendalami teknik Qigungdari para Taoist. Pada tahun 60-70an berikut film Kung Fu yang dibintangi oleh eksponen Wushu “Bruce Lee”, istilah Kung Fu menjadi buah bibir tua dan muda.

Kung Fu sebenarnya secara literal berarti kemampuan yang diperoleh dari ketekunan latihan atau dapat diartikan sebagai skill, workmanship, art. Maka peribahasa Tiongkok berkata: “Asalkan Kung Funya (ilmu atau latihannya) mendalam, ibarat tongkat besi diasah menjadi jarum”. Maknanya ialah asalkan kita tekun apa saja yang kita jalani atau pelajari, semuanya akan berhasil. Wushu harus bisa mencapai “Kung Fu” atau dengan tekun menguasai teknik yang mendasar, kokohkan fondasinya, kembangkan teknik dan tenaga.
Apa sebetulnya pengertian Wushu itu?


  Gambar 1. Sama halnya dengan beladiri yang lain Kung Fu mengandalkan kecepatan, ketepatan dan kekuatan dalam tekhniknya (sumber: searching di google)

Wushu berarti ilmu beladiri dan ilmu perang zaman dulu dari Tiongkok. Wushu mempunyai sejarah yang cukup lama dengan mengikuti kemajuan zaman dan keperluannya. Wushu mengandung paham IN-YANG (positif-negatif) sebagai dasar serta mengikuti perkembangan sejarah, akhirnya mempunyai bentuk untuk mengolah diri dan raga, untuk pengobatan dan untuk melatih mental yang dipakai untuk melatih ketentraman. Akhirnya Wushu dari Ilmu Gerak Badan dan Beladiri melangkah menjadi Ilmu Olahraga atau dengan kata lain Wushu dari arena perang berubah ke arena olahraga yang dipertandingkan.

Materi Wushu cukup kaya/banyak, golongannyapun juga banyak. Setiap golongan mempunyai gaya, teknik dan karakte tersendiri tapi pada umumnya teknik berlatih dan pelaksanaannya banyak persamaannya.

Wushu mengutamakan kekuatan dan kelenturan yang saling menunjang. Di dalam kekuatan mengandung kelenturan dan di dalam kelenturan mengandung kekuatan. Nan Quan mempunyai sebutan ganas, kuat dan bertenaga, pada pelaksanaannya tidak selalu harus kuat dan bertenaga. Sebelum mengeluarkan kekuatan harus menyimpan tenaga dulu baru diledakkan tenaganya.

Wushu mengutamakan tenaga dalam dan luar yang harus bersatu, keharmonisan gaya yang alamiah (bentuk luar), gerak tangan, mata dan tubuh serta kekuatannya sehingga tercapai kharisma dan wibawa. Wushu selalu memperhatikan Chi (energi) yang diendapkan di meridian Tan Tien dan mengaturnya. Wushu mengutamakan penyaluran tenaga dalam, otot dan tendon secara lancar, baik, logis dan tepat. Wushu sport dari permulaan mengutamakan Chi yang harus bisa menembus terus menerus, tidak terputus-terputus. Walaupun kekuatannya berkurang tapi Chi-nya tetap bersambung.


Sejak awal perkembangan Wushu, pelatihan Wushu sudah terbagi menjadi dua bagian/jurusan; yang pertama untuk ketahanan fisik, lazim dinamakan qigong atau ilmu pernapasan; yang kedua untuk bertempur secara fisik, lazim dinamakan waigong atau teknik tempur.
Gambar 2. Tekhnik wushu yang lentur dan lincah menghasilkan rangkaian jurus yang indah namun mematikan (sumber: searching di google)

Ilmu pernapasan sering disertai gerakan senam guna melengkapi pelatihannya. Dalam menunjang pelatihan waigong (seni tempur), mereka juga dilengkapi serial latihan gerakan dasar untuk mempersiapkan ketahanan jasmani; gerakan ini menyerupai senam tetapi tidak seberat standar yang dituntut senam sehinga ia lebih mudah dilakukan oleh orang banyak. Bagi mereka yang terlalu berat ikut olahraga senam, Wushu merupakan pilihan terbaik untuk mengembangkan bakat olahraga dan seni keindahan gerakan badan. 

Pelatihan gerakan-gerakan dasar Wushu memang tidak seberat patokan cabang olahraga senam, tetapi sama sekali tidak boleh dianggap enteng. Objek penempaan fisik hampir mencakup seluruh bagian anggota badan, mulai kepala sampai ujung kaki. Seperti jari-jari dan hasta tangan, siku, lutut, telapak tangan dan kaki, tulang punggung dan bahu, refleksi mata dan telinga, dsb. Sesuai kondisi masing-masing latihan dapat dimulai sejak usia enam tahun sampai usia lanjut. Gerakan Wushu komplit; meliputi berjalan, lari, lompat, teknik pukulan dan tendangan, keseimbangan, salto, kip, push up dan lain-lain.

Hasil yang dicapai latihan Wushu tidak kalah dengan cabang olahraga atletik maupun renang karean sama-sama mencangkup keseluruhan ketahanan tubuh. Keuntungan berlatih Wushu sebagaimana terurai di atas, masih akan diraih keuntungan di samping seperti ketajaman kewaspadaan lingkungan, karena dalam pelatihan seseorang dituntut mewaspadai lawan; keserasian gerakan dan reaksi anggota tubuh lebih gesit, demikian pula kepercayaan akan kemampuan diri dalam menghadapi tantangan yang tidak diinginkan.


Sampai kini pecinta Wushu di dunia internasional setiap hari bertambah banyak. Ini semua bukan tidak berdasar, tapi disebabkan karena Wushu mempunyai cara berlatih yang berharga (bernilai). Banyak yang telah membuktikan bahwa dengan berlatih Wushu bisa meningkatkan daya tahan tubuh, membeladiri dari penyakit dan mengadakan pengobatan secara terapi. Siapapun mengetahhui bahwa Wushu adalah seni Ilmu Beladiri yang bisa dipakai untuk menyerang dan menangkis serangan. Melalui latihan Wushu kita bisa belajar teknik beladiri dari serangan musuh dan penyakit. Wushu sudah sejak ribuan tahun selalu memakai filsafat sopan santun, mengutamakan moral dan moral ini merupakan syarat utama. Melalui latihan Wushu manusia menjadi tenang, tidak sombong serta saling menghormati antar sesama manusia, dapat mengendalikan diri secara sempurna. (dari berbagai sumber)
 



THE SECRET OF KARATE


"THE SECRET OF KARATE"

Martial arts sayings:

“KARATE ni sente nashi; in KARATE there is no first attack”

“Ikken hissatsu; one-punch death-blow”

Siapa yang tidak mengenal KARATE, beladiri ini berasal dari Pulau Okinawa, Jepang (suatu pulau yang berada di bagian selatan Jepang). Perkembangan KARATE di Jepang dirasakan berkisar tahun 1800an-1922, maka di tahun 1922 inilah pertama kalinya seorang master yang bernama Gichin Funakhosi (Bapak KARATE modern) mendemonstrasikannya secara formal di depan publik Tokyo pada Kejuaraaan Atletik Nasional. Singkatnya aksi yang dilakukan oleh Shihan Gichin tersebut mengakibatkan reaksi positif publik sehingga KARATE dapat diterima oleh masyarakat Jepang bahkan dunia hingga saat ini.
Gambar 1. Latihan bersama (Gashuku) rutin dilakukan sebagai sarana pemantapan dan penyeragaman teknik - didokumentasikan oleh Korca INKAI-FKTI Kab. Klaten -
 
KARATE sendiri merupakan martial arts yang memanfaatkan seluruh anggota tubuh yang ada dan kekuatan alam sekitar sebagai senjata, dapat bersifat melumpuhkan maupun menghancurkan lawan. Pada umumnya serangan KARATE diarahkan ke bagian vital lawan, namun hal ini tidak mutlak karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Kata KARATE berarti tangan kosong, kara; kosong, te; tangan, do; metode). Pada prinsipnya gerakan KARATE dibangun di atas 3 aspek mendasar, yaitu kekuatan, kecepatan dan ketepatan. Aspek-aspek ini saling berintegrasi satu sama lain sehingga menghasilkan gerakan yang efektif, taktis dan sistematis. 

Gerakan KARATE merupakan paduan gerakan yang paling efisien sehingga hampir tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi. Tahukah anda bahwa pukulan yang dihasilkan oleh seorang karateka pemula mencapai kecepatan 6 meter per detik, sedangkan seorang karateka black belt dapat mengeluarkan pukulan dengan kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari tercepat). Gerakan KARATE sederhananya dapat dijelaskan dengan teori FISIKA, dalam KARATE besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum. Momentum suatu benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan dengan kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Sebuah truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam mempunyai momentum lebih besar dari sebuah mobil taxi yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Juga benda yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi mempunyai momentum lebih besar, misalnya truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam akan mempunyai momentum lebih besar dari truk yang sama yang bergerak dengan kecepatan 35 km/jam.
             
 Gambar 2. Tampak seorang karateka sedang melakukan warming up (pemanasan) sebelum latihan -didokumentasikan oleh jqpandanus-

Seorang karateka yang sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu, ketika tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.

Untuk memperoleh efek hantaman yang lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh tangan sang karateka harus lebih besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan sentuh antara tangan dan sasaran sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang cocok untuk menghantam adalah tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan pergelangan tangan). Seorang karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150 joule. Jika karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150 cm kuadrat), maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule per sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai 10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh  lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran (pukulan yang terkonsentrasi pada luas permukaan sekecil mungkin) sangat penting dalam Karate.
Gambar 3. Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) salah satu club karate tertua di Indonesia yang didirikan oleh Sabeth Mukhsin (DAN VIII Federasi Karate Tradisional Indonesia) - art designed by jqpandanus -

Untuk memecah balok kayu, beton, batu bata ataupun balok es, pukulan seorang karateka harus mampu memberikan tekanan yang lebih besar dari batas elastis (kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh benda-benda tersebut. Batas elastis tiap benda berbeda-beda. Beton mempunyai batas elastis (maximum crushing) 400 kg/cm kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya setara dengan berat 400 kg, pada daerah seluas 1 cm kuadrat maka beton itu akan pecah.

Batas elastis tulang manusia mencapai 40 kali batas elastis batang beton sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat terjadi tumbukan yang patah adalah batang beton dan bukan tulang kaki atau tangan manusia yang memukulnya). Selain itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi pula dengan berbagai ligamen, tendon, otot, dan kulit yang dapat membantu mendispersikan gaya yang diterima ke seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi terkonsentrasi) sehingga pada akhirnya dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali gaya maksimum yang dapat diterima beton.

Tangan dan kaki karateka semakin kuat seiring dengan bertambahnya frekuensi latihan karena terjadi adaptasi dengan terbentuknya jaringan kalus (callus) yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima saat terjadi tumbukan (tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun bertumbukan dengan balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih sangat mudah terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan yang serius Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes Book dengan memecahkan 21 balok beton berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit pada tahun 2001 yang lalu. (dikutip langsung dari situs http://www.yohanessurya.com dengan editing seperlunya)



SELAMAT DATANG DI WEBSITE jqpandanus