Minggu, 22 Desember 2013

Rejeki Akhir Tahun 2013: Jual Sofa L Minimalis Harga Terjangkau


Kali ini saya akan menawarkan kepada agan sekalian Sofa L Minimalis Harga Terjangkau
Spesifikasi:
  • Bahan oscar 
  • Sofa 4 seat
  • 3 variasi
  • Minimalis
  • Kondisi barang 100 % NEW
  • Harga Rp 3.200.000 nego halus
  • Harga belum termasuk ongkir
  • Bisa langsung COD di Bekasi dan sekitarnya
  • Ready Stock
  • Siap dikirim ke seluruh daerah Indonesia
  • Siap melayani bagi yang berminat menjadi reseller
  • Anda berminat segera hubungi sdr. Zaky sekarang di nomor, 0856-282-0086

Gambar 1. Sofa L digunakan di ruang tamu

Gambar 2. Sofa L digunakan di ruang keluarga

Gambar 3. Sofa L digunakan di ruang keluarga

Kamis, 10 Oktober 2013

ASAL USUL KATA "JAPAN KARATE" PADA JAPAN KARATE ASSOCIATION (JKA)

 (sumber gambar: www.northshoreshotokankarate.com)

Salam Karate Osh !
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua
Om swasti astu

Kali ini saya ingin berbagi kepada pembaca terutama bagi anda penggiat karate. Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah buku karate yang menarik, buku tersebut dipinjamkan oleh seorang sahabat dan juga sensei di salah satu dojo INKAI di Kota Negara, Kabupaten Jembrana. Judul buku tersebut adalah "Shotokan Masters: in Their Own Words" yang disusun oleh seorang jurnalis beladiri ternama berkebangsaan Spanyol, Jose M. Fraguas.

Buku tersebut merangkum opini para master Shotokan terhadap Shotokan itu sendiri (Karate-do). Dari sekian banyak tulisan di buku setebal 117 halaman ini, saya menemukan tulisan yang menarik yaitu asal usul kata "Japan Karate" pada Japan Karate Association (JKA).

Tulisan tersebut terdapat pada bagian opini sensei Osamu Ozawa, salah satu murid master Gichin Funakoshi dan junior dari sensei Masatoshi Nakayama. Master Gichin Funakoshi pernah membacakan suatu puisi, "There is an island to the south, where there is a beutiful art. This is Karate", kata sensei Osamu Ozawa sambil menirukan.

Sensei Osamu Ozawa menambahkan, "master Gichin Funakoshi selalu mangatakan seni ini dengan sebutan "Japanese Karate" karena Karate oleh Jepang dan untuk Jepang". "Itulah kenapa JKA dan tidak ada klub karate di Jepang yang disebut dengan "Shotokan", tutup sensei Osamu Ozawa.

Sekian tulisan saya pada kali ini, semoga bermanfaat dan dapat memotivasi anda para penggiat Karate. Salam Karate Osh ! Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Om swasti astu


Senin, 23 September 2013

PRINSIP TEKNIK DASAR KARATE

Gambar 1. Buku Dynamic Karate by Masatoshi Nakayama - Doc AbdulRohmanZaky

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menyampaikan ikhtisar pendahuluan buku Dynamic Karate (The New Way of  Teaching Karate) yang ditulis oleh M. Nakayama (1966) diterbitkan oleh penerbit Kodansha International. Dalam pendahuluannya Pak Nakayama menyampaikan dengan cerdas, singkat, tepat dan padat prinsip teknik dasar karate dan poin-poin utama dalam pembelajaran karate. Materi yang disampaikan pada pendahuluan tersebut merupakan ruh dari buku ini, karena pada bab-bab selanjutnya merupakan breakdown dari apa yang disampaikan dalam pendahuluan.
Prinsip-Prinsip Teknik Dasar Karate
  • Tsuki (punching), uchi (striking), keri (kicking), dan uke (blocking) merupakan teknik karate yang fundamental. Teknik-teknik tersebut jugalah yang membuat bela diri ini semakin fundamental.
  • Sungguh mengejutkan, ternyata teknik karate telah melalui kajian dan percobaan secara berkesinambungan yang dilakukan oleh para pendahulu (Master Ghicin Funakoshi dkk) dan teknik tersebut selaras dengan prinsip-prinsip keilmuan modern. Ini memungkinkan karate sebagai cabang ilmu keolahragaan/sport science sebagaimana ilmu ilmiah yang lain, mengingat Pak Nakayama sendiri merupakan dosen sekaligus ilmuwan dalam bidang pyshical education di Takhushoku University.
  • Bagaimanapun juga, pengembangan teknik karate akan selalu dilakukan oleh para pewaris karate. Artinya ilmu ini bersifat dinamis, tidak statis sebagaimana ilmu fisika yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu itu sendiri dan kebutuhan umat manusia.
Poin-Poin Utama Dalam Pembelajaran Karate 
  • Bentuk, Keseimbangan dan Berpusat dari Gravitasi (center of gravity), karate bukanlah sekedar olahraga semata namun ilmu ini juga bermanfaat secara optimum untuk kesehatan tubuh manusia (fisik) dan psikologi. Hal ini dikatakan demikian karena posisi, bentuk teknik karate telah disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Selanjutnya keseimbangan, dalam teknik karate, seringkali seorang karateka berada pada posisi berdiri dengan satu kaki ketika menyerang maupun bertahan, sehingga aspek keseimbangan ini sangatlah penting bagi seorang karateka agar tidak goyah ketika sedang beraksi. Kemudian aspek berpusat dari gravitasi merupakan pemanfaatan gaya gravitasi dalam teknik karate sehingga posisi seorang karateka tidak mudah goyah dan tendangan serta pukulan akan lebih kuat.
  • Kekuatan dan Kecepatan, ini merupakan faktor penting dalam semua beladiri terlebih karate. Kekuatan dapat diperoleh dengan latihan fisik yang tepat dan fokus dalam bertindak. Serupa dengan kekuatan, kecepatan juga merupakan faktor penting dalam karate. Jika kekuatan dipadukan dengan kecepatan, maka daya hancur akan semakin besar. Sebagaimana kecepatan pukulan seorang karateka yang terlatih dapat mencapai 43 kaki/detik (1 kaki=0.3048 m) atau kurang lebih 13.1064 m/detik. Adapun daya hancurnya mencapai 1500 pounds (1 pounds=0.4535923 kg) atau kurang lebih 680.8845 kg. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan tanpa kontrol yang baik akan tidak maksimal.
  • Konsentrasi Pada Kekuatan, pukulan/tendangan akan lemah jika dilakukan dengan tangan/lutut saja. Untuk mencapai kekuatan yang maksimal maka seorang akarateka perlu menggunakan seluruh bagian tubuhnya secara simultan. Ketika pukulan/tendangan dilakukan, kekuatan akan berpindah dari pusat tubuh menuju otot mayor dan berakhir pada lengan/kaki. Kekuatan ini berpindah dari bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain dengan kecepatan 1/100 detik. Jika dilakukan dengan fokus maka kekuatan tersebut dapat diledakan pada titik akhirnya. Latihan yang tepat akan membangun fokus pada lengan ketika memukul/pada kaki ketika menendang dan ini akan menciptakan daya ledak.
  • Peranan Kekuatan Otot, perlu diketahui bahwa kekuatan untuk memindahkan tubuh disuplai dengan otot maka mutlah seorang karateka memiliki otot yang kuat. Ketika otot-otot dioperasikan secara total makateknik akan semakin kuat dan efektif.
  • Ritme, ritme yang baik akan menunjang seorang karateka dalam mempraktekan kata maupun kumite. Kapan kiranya gerakan itu melambat dan kapan ia harus cepat.
  • Waktu yang tepat (Timing), merupakan suatu keharusan dalam mengaplikasikan teknik sehingga timing yang terlalu cepat tidak baik dan sebaliknya terlalu lambat pun juga tidak baik. Untuk mencapai timing yang tepat maka posisi kaki dan tangan pun harus pada posisi yang tepat pula sehingga akan lebih mudah mengaplikasikannya pada timing yang tepat.
  • Energi berpusat di bawah perut dan pinggul. "hit with your hips" or "throw with your hips"
Analisis Eksperimen Pergerakan Karate
Pak Nakayama dengan Prof. Yoshio Kato dari Universitas Takushoku, Tokyo melakukan eksperimen terhadap pergerakan karate utnuk kemudian dianalisa. Berikut hasilnya:
Kecepatan Pukulan Lurus:
  • DAN IV rata-rata kecepatannya 5.06 m/s, kecepatan maksimal 7.10 m/s, kecepatan pukulan kembali 5.16 m/s
  • DAN II rata-rata kecepatannya 3.25 m/s, kecepatan maksimal 6.71 m/s, kecepatan pukulan kembali 4.48 m/s
  • KYU 8 rata-rata kecepatannya 2.88 m/s, kecepatan maksimal 4.68 m/s, kecepatan pukulan kembali 2.90 m/s
Kecepatan Terjangan Pukulan Mendadak:
  •  DAN IV rata-rata kecepatannya 5.52 m/s, kecepatan maksimal 12.64 m/s, kecepatan pukulan kembali 8.21 m/s
  •  DAN II rata-rata kecepatannya 5.84 m/s, kecepatan maksimal 11.45 m/s, kecepatan pukulan kembali 7.78 m/s
  • KYU 8 rata-rata kecepatannya 3.35 m/s, kecepatan maksimal 7.10 m/s, kecepatan pukulan kembali 4.56 m/s
Sedangkan untuk record tameshiwari daya hancurnya mencapai 1.5 kg dengan pukulan lurus.

Demikianlah sedikit ikhtisar yang bisa saya sampaikan, apabila terdapat kekurangan dan kesalahan silahkan didiskusikan pada kolom komentar di bawah ini. Trims, salam.


Jumat, 20 September 2013

PEMANFAATAN WIENER FILTER DAN MEDIAN FILTER PADA DATA KLOROFIL-a

Dalam menyajikan data terkadang didapatkan data yang kurang baik jika disajikan dalam bentuk visual. Hal ini dikarenakan adanya data dengan frekuensi yang tinggi ataupun yang rendah dibandingkan dengan data-data sekitarnya. Berbagai macam metode pengolahan data ini pun muncul, misalnya teknik smothing.

Pada kesempatan kali ini penulis melakukan teknik smothing dengan mengaplikasikan wiener filter dan median filter pada data klorofil-a produk level 3 modis. Adapun 2 metode filter tersebut dilakukan dalam software python shell 2.6 dengan menggunakan berbagai modul pyhton diantaranya, modul scientific python, numerik python, matplotlib python dan pyhdf.

Adapun data klorofil-a merupakan produk level 3 bulanan citra aquamodis yang didapatkan dari oceancolor. Berikut tampilannya:



Selanjutnya dilakukan smothing pada data dengan menggunakan wiener filter:
Kemudian dilakukan smothing pada data dengan menggunakan median filter:
Pesan dari penulis sebelum mengaplikasikan teknik smothing di atas adalah:
  • diharapkan terlebih dahulu mengetahui dan paham tentang teori filter, terutama wiener dan median filter.  Apa saja fungsinya dan aplikasinya dalam pengolahan data.
  • diharapkan mengetahui dan paham fungsi-fungsi modul pada python, bisa dilihat di guide book modul-modul python
  • diharapkan mengetahui jenis spesifik dan sifat data yang akan diolah
  • perlu diketahui saat ini pun penulis masih belajar dalam teknik smoothing ini dan sejenisnya.
 Semoga bermanfaat, salam.

Rabu, 14 Agustus 2013

PERANAN MANGROVE

Melanjutkan postingan saya yang sebelumnya (apa yang dimaksud dengan mangrove) kali ini saya akan berbagi tentang peranan mangrove, berikut uraiannya.
Secara umum mangrove memiliki 3 peranan penting yaitu fisik, ekologis dan ekonomi. Pada segi fisik, mangrove memiliki akar dan batang yang berfungsi sebagai penahan dari aksi gelombang yang akan menyebabkan terjadinya erosi pantai dan penjebak sedimen sehingga akan mempercepat terjadinya akresi ke arah laut sehingga akan membentuk lahan baru, selain itu akar mangrove juga berperan dalam mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan (Tomlinson, 1994; Dahuri et al., 2000)

Gambar 1. Nampak dua orang anak asik bermain sampan di sekitar barisan bibit mangrove, Desa
Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak - Doc AbdulRohmanZaky

 Berdasarkan ekologis, Dahuri, et al. (2000) menyatakan bahwa komunitas mangrove memiliki peranan penting sebagai penjaga keseimbangan antara ekosistem darat dan ekosistem laut sehingga keberadaannya perlu dilestarikan sebagai kawasan green belt dan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Kennish (1990) menambahkan bahwa mangrove juga berperan penting dalam siklus hidup berbagai spesies ikan, krustasea dan moluska, karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik dalam rantai makanan. Bahan organik tersebut akan dimanfaatkan oleh organisme yang hidup pada lingkungan mangrove dan sekitarnya sebagai penunjang kebutuhan hidupnya. Hogarth (2007) menambahkan bahwa peranan ekologis lainnya adalah akar mangrove dapat menyerap polutan berbahaya (logam berat dan bahan organik) yang berasal dari buangan limbah maupun bahan organik yang berasal dari hutan mangrove itu sendiri.

Gambar 2. Sampah menumpuk di sekitar kawasan mangrove yang rusak, Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara - Doc AbdulRohmanZaky

 Adapun dari segi ekonomi, ekosistem mangrove memiliki peranan secara langsung dan tidak langsung. Peranan secara langsung berupa pemanfaatan yang dapat dirasakan secara langsung dari keberadaan pohon mangrove itu sendiri. Produk yang dihasilkan oleh hutan mangrove antara lain obat-obatan, kayu, buah dan bahan pengawet yang dapat digunakan sebagai pengawet jala (berasal dari kulit mangrove). Buah mangrove dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan sedangkan bibit mangrove dijual dalam upaya rehabilitasi kawasan pesisir. Kayu  mangrove dapat digunakan sebagai bahan bangunan, arang, kayu bakar dan bahan baku  industri pembuatan kertas (Wetland, 2006).

Gambar 3. Tampak barisan bibit bakau berbaris rapih di pematang tambak. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak pemanfaatan mangrove, yaitu sebagai area budidaya, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak - Doc AbdulRohmanZaky

Selanjutnya, peranan secara tidak langsung berupa pemanfaatan secara tidak langsung dapat dirasakan dari pemanfaatan mangrove meliputi ekowisata dan budidaya perikanan (silvofishery) yang memanfaatkan kawasan mangrove sebagai daerah budidaya perikanan alami (Dahuri, et al., 2000).

Referensi:

Dahuri, H. R, J. Rais, S.P. Ginting dan M. J. Sitepu. 2000. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.   
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves. Oxford University Press Inc. New York.
Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries; Volume II Biological Aspect. CRC Press. Boca Raton, Ann Arbor, Boston.
Tomlinson, P. B. 1994. The Botany of Mangrove. Cambridge University Press. Cambridge, U. K.  
Wetlands. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.  

APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANGROVE

Mungkin sudah banyak dari kita yang familiar dengan istilah mangrove, terlebih menurut Ditjen KPPPK (2005) negara kita merupakan salah satu negara yang memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia sehingga sudah barang tentu istilah mangrove dimengerti oleh orang Indonesia. Namun, bagi anda yang belum mengerti bahkan asing dengan istilah tersebut maka di sini saya akan berbagi pengetahuan istilah tersebut sejauh yang saya tahu beserta referensi yang pernah saya baca, berikut uraiannya.



Gambar 1. Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

 Menurut Dawes (1981), kata mangrove berasal dari bahasa Portugis untuk pohon bakau (Rhizophora mangle) dan bahasa Inggris untuk tegakan pohon (grove) sehingga secara harfiah diterjemahkan sebagai tegakan pohon bakau. Komunitas tumbuhan ini terdiri dari berbagai spesies pohon kayu dan semak yang mampu beradaptasi terhadap wilayah di bawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai (English et al., 1997; Hogarth, 2007). Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai di pantai yang berombak relatif kecil, estuaria, laguna dan di sepanjang delta (Hogarth, 2007). Nybakken (1992) menambahkan bahwa vegetasi mangrove tidak ditemukan pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat. Menurut Dahuri (2003), hutan mangrove dapat disebut hutan payau, hutan pasang-surut dan hutan bakau. Bakau sebenarnya hanya salah satu spesies tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu  spesies Rhizophora spp. Dengan demikian pemberian istilah hutan bakau dinilai kurang tepat. Oleh karena itu, ditetapkanlah istilah hutan mangrove sebagai nama baku untuk mangrove forest.

Gambar 2. Ekosistem Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

Selanjutnya Dahuri (2003) menambahkan bahwa hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan berada pada daerah yang landai. Mangrove dapat tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak dapat optimal. Mangrove sulit bahkan tidak dapat tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dangan arus pasang-surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya.
 Referensi:

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and Sons New York.

Direktorat Pesisir dan Lautan. 2005. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. 

English, S., C. Wilkinson dan V. Basker. 1997. Mangrove, Bioethics and The Environment. Proceeding of The Intertidal Bioethics Workshops in Madras; Biomanagement of Biogeoresources. Departement of Zoologi, University of Madras, Guindy Campus. Chenai. 
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves. Oxford University Press Inc. New York. 
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.  

Minggu, 10 Maret 2013

UJIAN DAN ZONE IV FEDERASI KARATE TRADISIONAL INDONESIA DI KOTA SURAKARTA

Gambar 1. Peserta Ujian DAN Nasional Federasi Karate Tradisional 2010 di Kota Surabaya. Tampak Sensei Sabeth Mukhsin (tengah) dan para sensei dari berbagai daerah. Doc-AbdulRohmanZaky

Surakarta, 12 Maret 2013. Federasi Karate Tradisional Zona IV kembali mengadakan perhelatan akbarnya di tahun ini yaitu "Ujian DAN Zone IV Federasi Karate Tradisional" yang bertempat di kampus Institut Seni Surakarta (ISI) di kota Surakarta. Zona IV sendiri terdiri dari kepengurusan FKTI JATENG-DIY dimana kepanitian ujian DAN kali ini pun dipelopori dan dikelola oleh seluruh MSH dan anggota FKTI Zona IV. Ujian DAN ini pun berlangsung selama 5 hari ( 12 - 16 Maret 2013) dimana kegiatan diisi dengan gashuku yang salah satunya bertujuan untuk menyamakan konsep teknik dasar (kihon), kumite, kata, wawasan dan pengetahuan karate tradisional, ramah tamah, silaturrohim dan ujian DAN di puncak acara. 

Gambar 2. Tampak para peserta Ujian DAN Nasional FKTI 2010 bersuka cita di sela-sela ramah tamah. Doc-AbdulRohmanZaky

"Kami siap mengadakan ujian DAN Zone IV...!" tegas sensei Sumedi Santoso (DAN V FKTI) pada bulan Januari lalu di sela-sela agenda gashuku di kampus ISI Surakarta. "Setidaknya dari Korda JATENG sudah mengamini agenda Ujian DAN Zone IV di bulan Maret nanti dan kami MSH se JATENG-DIY juga harus bersiap-siap untuk mengadakan perhelatan tersebut" kata Pak Wagiman (DAN II FKTI) di sela-sela latihan di Kodim 07 33 BS Kota Semarang.

Setidaknya Ujian DAN Zone IV kali ini akan dihadiri lebih dari 50 karateka tradisional baik dari lingkup Zone IV sendiri ataupun dari Zone yang lain seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Batam, Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT. Selain sebagai ajang ujian bagi para karateka peserta ujian, acara ini juga diharapkan sebagai sarana silaturrohim antar sesama karate tradisional se Indonesia yang di naungi oleh satu-satunya organisasi pemersatu karate tradisional yang legal di Indonesia yaitu Federasi Karate Tradisional Indonesia.
Jayalah Terus Karate Indonesia !
Jayalah Terus FKTI !






SELAMAT DATANG DI WEBSITE jqpandanus