Rabu, 16 Mei 2012

THE SECRET OF KARATE

"
"THE SECRET OF KARATE"

Martial arts sayings:

“KARATE ni sente nashi; in KARATE there is no first attack”

“Ikken hissatsu; one-punch death-blow”

Siapa yang tidak mengenal KARATE, beladiri ini berasal dari Pulau Okinawa, Jepang (suatu pulau yang berada di bagian selatan Jepang). Perkembangan KARATE di Jepang dirasakan berkisar tahun 1800an-1922, maka di tahun 1922 inilah pertama kalinya seorang master yang bernama Gichin Funakhosi (Bapak KARATE modern) mendemonstrasikannya secara formal di depan publik Tokyo pada Kejuaraaan Atletik Nasional. Singkatnya aksi yang dilakukan oleh Shihan Gichin tersebut mengakibatkan reaksi positif publik sehingga KARATE dapat diterima oleh masyarakat Jepang bahkan dunia hingga saat ini.
Gambar 1. Latihan bersama (Gashuku) rutin dilakukan sebagai sarana pemantapan dan penyeragaman teknik - didokumentasikan oleh Korca INKAI-FKTI Kab. Klaten -
 
KARATE sendiri merupakan martial arts yang memanfaatkan seluruh anggota tubuh yang ada dan kekuatan alam sekitar sebagai senjata, dapat bersifat melumpuhkan maupun menghancurkan lawan. Pada umumnya serangan KARATE diarahkan ke bagian vital lawan, namun hal ini tidak mutlak karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Kata KARATE berarti tangan kosong, kara; kosong, te; tangan, do; metode). Pada prinsipnya gerakan KARATE dibangun di atas 3 aspek mendasar, yaitu kekuatan, kecepatan dan ketepatan. Aspek-aspek ini saling berintegrasi satu sama lain sehingga menghasilkan gerakan yang efektif, taktis dan sistematis. 

Gerakan KARATE merupakan paduan gerakan yang paling efisien sehingga hampir tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi. Tahukah anda bahwa pukulan yang dihasilkan oleh seorang karateka pemula mencapai kecepatan 6 meter per detik, sedangkan seorang karateka black belt dapat mengeluarkan pukulan dengan kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari tercepat). Gerakan KARATE sederhananya dapat dijelaskan dengan teori FISIKA, dalam KARATE besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum. Momentum suatu benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan dengan kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Sebuah truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam mempunyai momentum lebih besar dari sebuah mobil taxi yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Juga benda yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi mempunyai momentum lebih besar, misalnya truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam akan mempunyai momentum lebih besar dari truk yang sama yang bergerak dengan kecepatan 35 km/jam.
             
 Gambar 2. Tampak seorang karateka sedang melakukan warming up (pemanasan) sebelum latihan -didokumentasikan oleh jqpandanus-

Seorang karateka yang sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu, ketika tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.

Untuk memperoleh efek hantaman yang lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh tangan sang karateka harus lebih besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan sentuh antara tangan dan sasaran sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang cocok untuk menghantam adalah tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan pergelangan tangan). Seorang karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150 joule. Jika karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150 cm kuadrat), maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule per sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai 10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh  lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran (pukulan yang terkonsentrasi pada luas permukaan sekecil mungkin) sangat penting dalam Karate.
Gambar 3. Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) salah satu club karate tertua di Indonesia yang didirikan oleh Sabeth Mukhsin (DAN VIII Federasi Karate Tradisional Indonesia) - art designed by jqpandanus -

Untuk memecah balok kayu, beton, batu bata ataupun balok es, pukulan seorang karateka harus mampu memberikan tekanan yang lebih besar dari batas elastis (kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh benda-benda tersebut. Batas elastis tiap benda berbeda-beda. Beton mempunyai batas elastis (maximum crushing) 400 kg/cm kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya setara dengan berat 400 kg, pada daerah seluas 1 cm kuadrat maka beton itu akan pecah.

Batas elastis tulang manusia mencapai 40 kali batas elastis batang beton sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat terjadi tumbukan yang patah adalah batang beton dan bukan tulang kaki atau tangan manusia yang memukulnya). Selain itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi pula dengan berbagai ligamen, tendon, otot, dan kulit yang dapat membantu mendispersikan gaya yang diterima ke seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi terkonsentrasi) sehingga pada akhirnya dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali gaya maksimum yang dapat diterima beton.

Tangan dan kaki karateka semakin kuat seiring dengan bertambahnya frekuensi latihan karena terjadi adaptasi dengan terbentuknya jaringan kalus (callus) yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima saat terjadi tumbukan (tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun bertumbukan dengan balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih sangat mudah terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan yang serius Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes Book dengan memecahkan 21 balok beton berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit pada tahun 2001 yang lalu. (dikutip langsung dari situs http://www.yohanessurya.com dengan editing seperlunya)



"

"THE SECRET OF KARATE"

Martial arts sayings:

“KARATE ni sente nashi; in KARATE there is no first attack”

“Ikken hissatsu; one-punch death-blow”

Siapa yang tidak mengenal KARATE, beladiri ini berasal dari Pulau Okinawa, Jepang (suatu pulau yang berada di bagian selatan Jepang). Perkembangan KARATE di Jepang dirasakan berkisar tahun 1800an-1922, maka di tahun 1922 inilah pertama kalinya seorang master yang bernama Gichin Funakhosi (Bapak KARATE modern) mendemonstrasikannya secara formal di depan publik Tokyo pada Kejuaraaan Atletik Nasional. Singkatnya aksi yang dilakukan oleh Shihan Gichin tersebut mengakibatkan reaksi positif publik sehingga KARATE dapat diterima oleh masyarakat Jepang bahkan dunia hingga saat ini.
Gambar 1. Latihan bersama (Gashuku) rutin dilakukan sebagai sarana pemantapan dan penyeragaman teknik - didokumentasikan oleh Korca INKAI-FKTI Kab. Klaten -
 
KARATE sendiri merupakan martial arts yang memanfaatkan seluruh anggota tubuh yang ada dan kekuatan alam sekitar sebagai senjata, dapat bersifat melumpuhkan maupun menghancurkan lawan. Pada umumnya serangan KARATE diarahkan ke bagian vital lawan, namun hal ini tidak mutlak karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Kata KARATE berarti tangan kosong, kara; kosong, te; tangan, do; metode). Pada prinsipnya gerakan KARATE dibangun di atas 3 aspek mendasar, yaitu kekuatan, kecepatan dan ketepatan. Aspek-aspek ini saling berintegrasi satu sama lain sehingga menghasilkan gerakan yang efektif, taktis dan sistematis. 

Gerakan KARATE merupakan paduan gerakan yang paling efisien sehingga hampir tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi. Tahukah anda bahwa pukulan yang dihasilkan oleh seorang karateka pemula mencapai kecepatan 6 meter per detik, sedangkan seorang karateka black belt dapat mengeluarkan pukulan dengan kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari tercepat). Gerakan KARATE sederhananya dapat dijelaskan dengan teori FISIKA, dalam KARATE besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum. Momentum suatu benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan dengan kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Sebuah truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam mempunyai momentum lebih besar dari sebuah mobil taxi yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Juga benda yang bergerak dengan kecepatan lebih tinggi mempunyai momentum lebih besar, misalnya truk yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam akan mempunyai momentum lebih besar dari truk yang sama yang bergerak dengan kecepatan 35 km/jam.
             
 Gambar 2. Tampak seorang karateka sedang melakukan warming up (pemanasan) sebelum latihan -didokumentasikan oleh jqpandanus-

Seorang karateka yang sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu, ketika tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.

Untuk memperoleh efek hantaman yang lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh tangan sang karateka harus lebih besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan sentuh antara tangan dan sasaran sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang cocok untuk menghantam adalah tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan pergelangan tangan). Seorang karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150 joule. Jika karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150 cm kuadrat), maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule per sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai 10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh  lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran (pukulan yang terkonsentrasi pada luas permukaan sekecil mungkin) sangat penting dalam Karate.
Gambar 3. Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) salah satu club karate tertua di Indonesia yang didirikan oleh Sabeth Mukhsin (DAN VIII Federasi Karate Tradisional Indonesia) - art designed by jqpandanus -

Untuk memecah balok kayu, beton, batu bata ataupun balok es, pukulan seorang karateka harus mampu memberikan tekanan yang lebih besar dari batas elastis (kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh benda-benda tersebut. Batas elastis tiap benda berbeda-beda. Beton mempunyai batas elastis (maximum crushing) 400 kg/cm kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya setara dengan berat 400 kg, pada daerah seluas 1 cm kuadrat maka beton itu akan pecah.

Batas elastis tulang manusia mencapai 40 kali batas elastis batang beton sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat terjadi tumbukan yang patah adalah batang beton dan bukan tulang kaki atau tangan manusia yang memukulnya). Selain itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi pula dengan berbagai ligamen, tendon, otot, dan kulit yang dapat membantu mendispersikan gaya yang diterima ke seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi terkonsentrasi) sehingga pada akhirnya dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali gaya maksimum yang dapat diterima beton.

Tangan dan kaki karateka semakin kuat seiring dengan bertambahnya frekuensi latihan karena terjadi adaptasi dengan terbentuknya jaringan kalus (callus) yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima saat terjadi tumbukan (tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun bertumbukan dengan balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih sangat mudah terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan yang serius Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes Book dengan memecahkan 21 balok beton berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit pada tahun 2001 yang lalu. (dikutip langsung dari situs http://www.yohanessurya.com dengan editing seperlunya)



1 komentar:

jqpandanus mengatakan... Best Blogger Tips

MOHON KOMENTAR DARI PEMBACA, TRIMS

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBSITE jqpandanus