Rabu, 14 Agustus 2013

PERANAN MANGROVE

Melanjutkan postingan saya yang sebelumnya (apa yang dimaksud dengan mangrove) kali ini saya akan berbagi tentang peranan mangrove, berikut uraiannya.
Secara umum mangrove memiliki 3 peranan penting yaitu fisik, ekologis dan ekonomi. Pada segi fisik, mangrove memiliki akar dan batang yang berfungsi sebagai penahan dari aksi gelombang yang akan menyebabkan terjadinya erosi pantai dan penjebak sedimen sehingga akan mempercepat terjadinya akresi ke arah laut sehingga akan membentuk lahan baru, selain itu akar mangrove juga berperan dalam mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan (Tomlinson, 1994; Dahuri et al., 2000)

Gambar 1. Nampak dua orang anak asik bermain sampan di sekitar barisan bibit mangrove, Desa
Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak - Doc AbdulRohmanZaky

 Berdasarkan ekologis, Dahuri, et al. (2000) menyatakan bahwa komunitas mangrove memiliki peranan penting sebagai penjaga keseimbangan antara ekosistem darat dan ekosistem laut sehingga keberadaannya perlu dilestarikan sebagai kawasan green belt dan ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Kennish (1990) menambahkan bahwa mangrove juga berperan penting dalam siklus hidup berbagai spesies ikan, krustasea dan moluska, karena lingkungan mangrove menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan organik dalam rantai makanan. Bahan organik tersebut akan dimanfaatkan oleh organisme yang hidup pada lingkungan mangrove dan sekitarnya sebagai penunjang kebutuhan hidupnya. Hogarth (2007) menambahkan bahwa peranan ekologis lainnya adalah akar mangrove dapat menyerap polutan berbahaya (logam berat dan bahan organik) yang berasal dari buangan limbah maupun bahan organik yang berasal dari hutan mangrove itu sendiri.

Gambar 2. Sampah menumpuk di sekitar kawasan mangrove yang rusak, Pulau Karimunjawa, Kabupaten Jepara - Doc AbdulRohmanZaky

 Adapun dari segi ekonomi, ekosistem mangrove memiliki peranan secara langsung dan tidak langsung. Peranan secara langsung berupa pemanfaatan yang dapat dirasakan secara langsung dari keberadaan pohon mangrove itu sendiri. Produk yang dihasilkan oleh hutan mangrove antara lain obat-obatan, kayu, buah dan bahan pengawet yang dapat digunakan sebagai pengawet jala (berasal dari kulit mangrove). Buah mangrove dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan sedangkan bibit mangrove dijual dalam upaya rehabilitasi kawasan pesisir. Kayu  mangrove dapat digunakan sebagai bahan bangunan, arang, kayu bakar dan bahan baku  industri pembuatan kertas (Wetland, 2006).

Gambar 3. Tampak barisan bibit bakau berbaris rapih di pematang tambak. Ini merupakan salah satu dari sekian banyak pemanfaatan mangrove, yaitu sebagai area budidaya, Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak - Doc AbdulRohmanZaky

Selanjutnya, peranan secara tidak langsung berupa pemanfaatan secara tidak langsung dapat dirasakan dari pemanfaatan mangrove meliputi ekowisata dan budidaya perikanan (silvofishery) yang memanfaatkan kawasan mangrove sebagai daerah budidaya perikanan alami (Dahuri, et al., 2000).

Referensi:

Dahuri, H. R, J. Rais, S.P. Ginting dan M. J. Sitepu. 2000. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.   
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves. Oxford University Press Inc. New York.
Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries; Volume II Biological Aspect. CRC Press. Boca Raton, Ann Arbor, Boston.
Tomlinson, P. B. 1994. The Botany of Mangrove. Cambridge University Press. Cambridge, U. K.  
Wetlands. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.  

APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANGROVE

Mungkin sudah banyak dari kita yang familiar dengan istilah mangrove, terlebih menurut Ditjen KPPPK (2005) negara kita merupakan salah satu negara yang memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia sehingga sudah barang tentu istilah mangrove dimengerti oleh orang Indonesia. Namun, bagi anda yang belum mengerti bahkan asing dengan istilah tersebut maka di sini saya akan berbagi pengetahuan istilah tersebut sejauh yang saya tahu beserta referensi yang pernah saya baca, berikut uraiannya.



Gambar 1. Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

 Menurut Dawes (1981), kata mangrove berasal dari bahasa Portugis untuk pohon bakau (Rhizophora mangle) dan bahasa Inggris untuk tegakan pohon (grove) sehingga secara harfiah diterjemahkan sebagai tegakan pohon bakau. Komunitas tumbuhan ini terdiri dari berbagai spesies pohon kayu dan semak yang mampu beradaptasi terhadap wilayah di bawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai (English et al., 1997; Hogarth, 2007). Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai di pantai yang berombak relatif kecil, estuaria, laguna dan di sepanjang delta (Hogarth, 2007). Nybakken (1992) menambahkan bahwa vegetasi mangrove tidak ditemukan pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat. Menurut Dahuri (2003), hutan mangrove dapat disebut hutan payau, hutan pasang-surut dan hutan bakau. Bakau sebenarnya hanya salah satu spesies tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu  spesies Rhizophora spp. Dengan demikian pemberian istilah hutan bakau dinilai kurang tepat. Oleh karena itu, ditetapkanlah istilah hutan mangrove sebagai nama baku untuk mangrove forest.

Gambar 2. Ekosistem Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

Selanjutnya Dahuri (2003) menambahkan bahwa hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan berada pada daerah yang landai. Mangrove dapat tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak dapat optimal. Mangrove sulit bahkan tidak dapat tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dangan arus pasang-surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya.
 Referensi:

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and Sons New York.

Direktorat Pesisir dan Lautan. 2005. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. 

English, S., C. Wilkinson dan V. Basker. 1997. Mangrove, Bioethics and The Environment. Proceeding of The Intertidal Bioethics Workshops in Madras; Biomanagement of Biogeoresources. Departement of Zoologi, University of Madras, Guindy Campus. Chenai. 
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves. Oxford University Press Inc. New York. 
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.  
SELAMAT DATANG DI WEBSITE jqpandanus