Rabu, 14 Agustus 2013

APA YANG DIMAKSUD DENGAN MANGROVE

"Mungkin sudah banyak dari kita yang familiar dengan istilah mangrove, terlebih menurut Ditjen KPPPK (2005) negara kita merupakan salah satu negara yang memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia sehingga sudah barang tentu istilah mangrove dimengerti oleh orang Indonesia. Namun, bagi anda yang belum mengerti bahkan asing dengan istilah tersebut maka di sini saya akan berbagi pengetahuan istilah tersebut sejauh yang saya tahu beserta referensi yang pernah saya baca, berikut uraiannya.



Gambar 1. Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

 Menurut Dawes (1981), kata mangrove berasal dari bahasa Portugis untuk pohon bakau (Rhizophora mangle) dan bahasa Inggris untuk tegakan pohon (grove) sehingga secara harfiah diterjemahkan sebagai tegakan pohon bakau. Komunitas tumbuhan ini terdiri dari berbagai spesies pohon kayu dan semak yang mampu beradaptasi terhadap wilayah di bawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai (English et al., 1997; Hogarth, 2007). Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai di pantai yang berombak relatif kecil, estuaria, laguna dan di sepanjang delta (Hogarth, 2007). Nybakken (1992) menambahkan bahwa vegetasi mangrove tidak ditemukan pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat. Menurut Dahuri (2003), hutan mangrove dapat disebut hutan payau, hutan pasang-surut dan hutan bakau. Bakau sebenarnya hanya salah satu spesies tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu  spesies Rhizophora spp. Dengan demikian pemberian istilah hutan bakau dinilai kurang tepat. Oleh karena itu, ditetapkanlah istilah hutan mangrove sebagai nama baku untuk mangrove forest.

Gambar 2. Ekosistem Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

Selanjutnya Dahuri (2003) menambahkan bahwa hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan berada pada daerah yang landai. Mangrove dapat tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak dapat optimal. Mangrove sulit bahkan tidak dapat tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dangan arus pasang-surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya.
 Referensi:

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and Sons New York.

Direktorat Pesisir dan Lautan. 2005. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. 

English, S., C. Wilkinson dan V. Basker. 1997. Mangrove, Bioethics and The Environment. Proceeding of The Intertidal Bioethics Workshops in Madras; Biomanagement of Biogeoresources. Departement of Zoologi, University of Madras, Guindy Campus. Chenai. 
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves. Oxford University Press Inc. New York. 
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.   "
Mungkin sudah banyak dari kita yang familiar dengan istilah mangrove, terlebih menurut Ditjen KPPPK (2005) negara kita merupakan salah satu negara yang memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia sehingga sudah barang tentu istilah mangrove dimengerti oleh orang Indonesia. Namun, bagi anda yang belum mengerti bahkan asing dengan istilah tersebut maka di sini saya akan berbagi pengetahuan istilah tersebut sejauh yang saya tahu beserta referensi yang pernah saya baca, berikut uraiannya.



Gambar 1. Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

 Menurut Dawes (1981), kata mangrove berasal dari bahasa Portugis untuk pohon bakau (Rhizophora mangle) dan bahasa Inggris untuk tegakan pohon (grove) sehingga secara harfiah diterjemahkan sebagai tegakan pohon bakau. Komunitas tumbuhan ini terdiri dari berbagai spesies pohon kayu dan semak yang mampu beradaptasi terhadap wilayah di bawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai (English et al., 1997; Hogarth, 2007). Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai di pantai yang berombak relatif kecil, estuaria, laguna dan di sepanjang delta (Hogarth, 2007). Nybakken (1992) menambahkan bahwa vegetasi mangrove tidak ditemukan pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat. Menurut Dahuri (2003), hutan mangrove dapat disebut hutan payau, hutan pasang-surut dan hutan bakau. Bakau sebenarnya hanya salah satu spesies tumbuhan yang menyusun hutan mangrove, yaitu  spesies Rhizophora spp. Dengan demikian pemberian istilah hutan bakau dinilai kurang tepat. Oleh karena itu, ditetapkanlah istilah hutan mangrove sebagai nama baku untuk mangrove forest.

Gambar 2. Ekosistem Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah - Doc AbdulRohmanZaky

Selanjutnya Dahuri (2003) menambahkan bahwa hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan berada pada daerah yang landai. Mangrove dapat tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak dapat optimal. Mangrove sulit bahkan tidak dapat tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dangan arus pasang-surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur yang diperlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya.
 Referensi:

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dawes, C. J. 1981. Marine Botany. Jhon Wiley and Sons New York.

Direktorat Pesisir dan Lautan. 2005. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta. 

English, S., C. Wilkinson dan V. Basker. 1997. Mangrove, Bioethics and The Environment. Proceeding of The Intertidal Bioethics Workshops in Madras; Biomanagement of Biogeoresources. Departement of Zoologi, University of Madras, Guindy Campus. Chenai. 
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves. Oxford University Press Inc. New York. 
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.  

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI WEBSITE jqpandanus