DEMAK ITU TANAH TUO
"
"
Pagi yang cerah di pertengahan bulan November tahun 2012 di Kota Semarang, aku berniat pulang ke kota asalku Bekasi. Kepergianku meninggalkan Semarang karena memenuhi panggilan interview dari salah satu perusahaan kontraktor multinasional terkemuka di bilangan Krakatau Posco Project, Cilegon, Banten. "Alhamdulillah dari sekian lamaranku yang aku apply, akhirnya ada juga yang nembus", Batinku.
Panggilan interview yang sangat mendadak yaitu H-2 memaksaku untuk bergegas pulang ke rumah. Akhirnya di pagi-pagi buta yaitu dua hari setelah panggilan tersebut aku pun bergegas pulang, nekat saja menuju stasiun tanpa berpikir apakah masih ada tiket yang tersisa untuk hari ini. Awalnya aku berniat "nyuwun tulung" kepada sahabat karibku untuk mengantarkanku ke sstasiun. Namun, apa daya? dari sekian banyak sahabat yang aku hubungi ternyata mereka semua tidak bisa, ya dengan berbagai alasan logis mereka "Wah sori brow, lagi nggak di semarang ik", kata mereka. Aku pun mengiyakan alasan mereka itu, selanjutnya tanpa pikir panjang aku pun mencari taksi untuk mengantarkanku ke Stasiun Tawang. "Wah klo begini caranya harus pake taksi, gak papalah ngeluarin duit lebih..." batinku.
Gambar. "Masjid Agung Demak" kebanggaan masyarakat Demak - Doc AbdulRohmanZaky
Singkat cerita, aku pun menemukan taksi yang dimaksud di bilangan patung kuda, Ngesrep dan langsung saja aku sambangi taksi putih pabrikan perusahaan otomotif dari negeri gingseng itu. Sesosok laki-laki paruh baya, ya kira-kira 45an duduk di kabin pengemudi dan aku pun langsung menemuinya "Pak ke Tawang, bisa?" tanyaku ke pak sopir. "Owh bissa mas.." sambar pak sopir. "Akhirnya bisa berangkat juga, alhamdulillah..."batinku.
Taksi putih itu pun meluncur cepat membelah jalan setiabudi, Semarang. Selama di perjalanan aku mengobrol dengan bapak sopir tersebut. Awalnya suasana hening tanpa adanya obrolan, rasanya dingin dan kaku apalagi ditambah dengan ac taksi yang cukup dingin. Karena suasana yang kurang asik itu, aku pun berinisiatif untuk mengawali obrolan ku dengan beliau. "Bapak asli Semarang?" tanyaku. "Nggak mas, saya asli Demak.." jawabnya. "Owh Demak...berarti bapak tahu daerah Bedono ya?" tanyaku lagi. "Ya mas...koq masnya tahu?" tanya si bapak keheranan. "Ya tahu pak, dulu semasa kuliah saya pernah penelitian di sana..." terangku. "Wah makin parah saja itu mas, Bedono..." si bapak menjelaskan. "Mang pemerintah daerah nggak turun pak? " tanyaku penasaran. "Ya turun mas tapi ya sebatas turun saja..." jawab si bapak. "tu memang bencana mas, peringatan dari Yang di atas untuk masyarakat dan pemerintah Demak" terang si bapak. "Owh...koq pemerintah Demak pak? memang da pa?" tanyaku penasaran. "Ya mas, pemerintah Demak tu gak bener, uang bantuan untuk rakyat dikorupsi..." kata si bapak menggebu-gebu. "Mungkin hanya oknum saja pa? " sambungku. "Ya lihat saja mas, walaupun oknum nanti juga akan tahu rasa..." si bapak melanjutkan. "Tahu rasa? memangnya kenapa pak?" aku penasaran. "Ya oknum pemerintah yang "main" dengan amanah rakyat maka akan binasa...bisa sakit, jatuh miskin, mati...!" jawab si bapak tegas. "Mati?..." aku terheran-heran. "Ya mati mas...lha wong Demak ini tanah tuo...makanya setiap kali ada pemimpin Demak yang tidak amanah maka bisa dipastikan akan berujung pada kematian" tegas bapak. "Koq bisa ya pak?" tanyaku masih penasaran. "Ya bisa mas...Demak itu tanah tuo, makanya jangan sekali-kali memainkan tanah tuo..." jawab si bapak. "Owh gtuh..."aku pun mengiyakan.
Tidak terasa akhirnya sampai juga di stasiun Tawang dan aku pun mengakhiri percakapan menarik tersebut walaupun aku masih ingin menggali apa yang dimaksud dengan pernyataan bapak itu bahwa Demak adalah tanah tuo..."Ya sudah mungkin lain kali aku tanyakan ke warga Demak" batinku seraya meninggalkan taksi putih itu menuju lobby stasiun. Wallahu a'lam bis showab.
"
Pagi yang cerah di pertengahan bulan November tahun 2012 di Kota Semarang, aku berniat pulang ke kota asalku Bekasi. Kepergianku meninggalkan Semarang karena memenuhi panggilan interview dari salah satu perusahaan kontraktor multinasional terkemuka di bilangan Krakatau Posco Project, Cilegon, Banten. "Alhamdulillah dari sekian lamaranku yang aku apply, akhirnya ada juga yang nembus", Batinku.
Panggilan interview yang sangat mendadak yaitu H-2 memaksaku untuk bergegas pulang ke rumah. Akhirnya di pagi-pagi buta yaitu dua hari setelah panggilan tersebut aku pun bergegas pulang, nekat saja menuju stasiun tanpa berpikir apakah masih ada tiket yang tersisa untuk hari ini. Awalnya aku berniat "nyuwun tulung" kepada sahabat karibku untuk mengantarkanku ke sstasiun. Namun, apa daya? dari sekian banyak sahabat yang aku hubungi ternyata mereka semua tidak bisa, ya dengan berbagai alasan logis mereka "Wah sori brow, lagi nggak di semarang ik", kata mereka. Aku pun mengiyakan alasan mereka itu, selanjutnya tanpa pikir panjang aku pun mencari taksi untuk mengantarkanku ke Stasiun Tawang. "Wah klo begini caranya harus pake taksi, gak papalah ngeluarin duit lebih..." batinku.
Gambar. "Masjid Agung Demak" kebanggaan masyarakat Demak - Doc AbdulRohmanZaky
Singkat cerita, aku pun menemukan taksi yang dimaksud di bilangan patung kuda, Ngesrep dan langsung saja aku sambangi taksi putih pabrikan perusahaan otomotif dari negeri gingseng itu. Sesosok laki-laki paruh baya, ya kira-kira 45an duduk di kabin pengemudi dan aku pun langsung menemuinya "Pak ke Tawang, bisa?" tanyaku ke pak sopir. "Owh bissa mas.." sambar pak sopir. "Akhirnya bisa berangkat juga, alhamdulillah..."batinku.
Taksi putih itu pun meluncur cepat membelah jalan setiabudi, Semarang. Selama di perjalanan aku mengobrol dengan bapak sopir tersebut. Awalnya suasana hening tanpa adanya obrolan, rasanya dingin dan kaku apalagi ditambah dengan ac taksi yang cukup dingin. Karena suasana yang kurang asik itu, aku pun berinisiatif untuk mengawali obrolan ku dengan beliau. "Bapak asli Semarang?" tanyaku. "Nggak mas, saya asli Demak.." jawabnya. "Owh Demak...berarti bapak tahu daerah Bedono ya?" tanyaku lagi. "Ya mas...koq masnya tahu?" tanya si bapak keheranan. "Ya tahu pak, dulu semasa kuliah saya pernah penelitian di sana..." terangku. "Wah makin parah saja itu mas, Bedono..." si bapak menjelaskan. "Mang pemerintah daerah nggak turun pak? " tanyaku penasaran. "Ya turun mas tapi ya sebatas turun saja..." jawab si bapak. "tu memang bencana mas, peringatan dari Yang di atas untuk masyarakat dan pemerintah Demak" terang si bapak. "Owh...koq pemerintah Demak pak? memang da pa?" tanyaku penasaran. "Ya mas, pemerintah Demak tu gak bener, uang bantuan untuk rakyat dikorupsi..." kata si bapak menggebu-gebu. "Mungkin hanya oknum saja pa? " sambungku. "Ya lihat saja mas, walaupun oknum nanti juga akan tahu rasa..." si bapak melanjutkan. "Tahu rasa? memangnya kenapa pak?" aku penasaran. "Ya oknum pemerintah yang "main" dengan amanah rakyat maka akan binasa...bisa sakit, jatuh miskin, mati...!" jawab si bapak tegas. "Mati?..." aku terheran-heran. "Ya mati mas...lha wong Demak ini tanah tuo...makanya setiap kali ada pemimpin Demak yang tidak amanah maka bisa dipastikan akan berujung pada kematian" tegas bapak. "Koq bisa ya pak?" tanyaku masih penasaran. "Ya bisa mas...Demak itu tanah tuo, makanya jangan sekali-kali memainkan tanah tuo..." jawab si bapak. "Owh gtuh..."aku pun mengiyakan.
Tidak terasa akhirnya sampai juga di stasiun Tawang dan aku pun mengakhiri percakapan menarik tersebut walaupun aku masih ingin menggali apa yang dimaksud dengan pernyataan bapak itu bahwa Demak adalah tanah tuo..."Ya sudah mungkin lain kali aku tanyakan ke warga Demak" batinku seraya meninggalkan taksi putih itu menuju lobby stasiun. Wallahu a'lam bis showab.
0 komentar:
Posting Komentar