THE SECRET OF KARATE
"
Gambar 2. Tampak seorang karateka sedang melakukan warming up (pemanasan) sebelum latihan -didokumentasikan oleh jqpandanus-
Seorang karateka yang sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu, ketika tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.
"
"THE
SECRET OF KARATE"
Martial arts
sayings:
“KARATE
ni sente nashi; in KARATE there is no first attack”
“Ikken
hissatsu; one-punch death-blow”
Siapa yang tidak mengenal KARATE, beladiri
ini berasal dari Pulau Okinawa, Jepang (suatu pulau yang berada di bagian
selatan Jepang). Perkembangan KARATE di Jepang dirasakan berkisar tahun
1800an-1922, maka di tahun 1922 inilah pertama kalinya seorang master yang
bernama Gichin Funakhosi (Bapak KARATE modern) mendemonstrasikannya secara
formal di depan publik Tokyo pada Kejuaraaan Atletik Nasional. Singkatnya aksi
yang dilakukan oleh Shihan Gichin tersebut mengakibatkan reaksi positif publik
sehingga KARATE dapat diterima oleh masyarakat Jepang bahkan dunia hingga saat
ini.
Gambar 1. Latihan bersama (Gashuku) rutin dilakukan sebagai sarana pemantapan dan penyeragaman teknik - didokumentasikan oleh Korca INKAI-FKTI Kab. Klaten -
KARATE sendiri merupakan martial arts
yang memanfaatkan seluruh anggota tubuh yang ada dan kekuatan alam sekitar
sebagai senjata, dapat bersifat melumpuhkan maupun menghancurkan lawan. Pada
umumnya serangan KARATE diarahkan ke bagian vital lawan, namun hal ini tidak
mutlak karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Kata KARATE berarti tangan
kosong, kara; kosong, te; tangan, do; metode). Pada prinsipnya gerakan KARATE
dibangun di atas 3 aspek mendasar, yaitu kekuatan, kecepatan dan ketepatan.
Aspek-aspek ini saling berintegrasi satu sama lain sehingga menghasilkan
gerakan yang efektif, taktis dan sistematis.
Gerakan KARATE merupakan paduan gerakan
yang paling efisien sehingga hampir tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi.
Tahukah anda bahwa pukulan yang dihasilkan oleh seorang karateka pemula
mencapai kecepatan 6 meter per detik, sedangkan seorang karateka black belt dapat mengeluarkan pukulan
dengan kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari
tercepat). Gerakan KARATE sederhananya dapat dijelaskan dengan teori FISIKA, dalam
KARATE besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum. Momentum suatu
benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan dengan
kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang lebih
besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Sebuah truk yang
bergerak dengan kecepatan 70 km/jam mempunyai momentum lebih besar dari sebuah
mobil taxi yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Juga benda yang bergerak
dengan kecepatan lebih tinggi mempunyai momentum lebih besar, misalnya truk
yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam akan mempunyai momentum lebih besar
dari truk yang sama yang bergerak dengan kecepatan 35 km/jam.
Seorang karateka yang sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu, ketika tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.
Untuk memperoleh efek hantaman yang
lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh tangan sang karateka harus lebih
besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan sentuh antara tangan dan sasaran
sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang cocok untuk menghantam adalah
tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan pergelangan tangan). Seorang
karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150 joule. Jika
karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150 cm kuadrat),
maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule per
sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu
menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan
luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai
10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran
(pukulan yang terkonsentrasi pada luas permukaan sekecil mungkin) sangat
penting dalam Karate.
Gambar 3. Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) salah satu club karate tertua di Indonesia yang didirikan oleh Sabeth Mukhsin (DAN VIII Federasi Karate Tradisional Indonesia) - art designed by jqpandanus -
Untuk memecah balok kayu, beton, batu
bata ataupun balok es, pukulan seorang karateka harus mampu memberikan tekanan
yang lebih besar dari batas elastis (kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh
benda-benda tersebut. Batas elastis tiap benda berbeda-beda. Beton mempunyai
batas elastis (maximum crushing) 400
kg/cm kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya setara dengan berat
400 kg, pada daerah seluas 1 cm kuadrat maka beton itu akan pecah.
Batas elastis tulang manusia mencapai 40
kali batas elastis batang beton sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat
terjadi tumbukan yang patah adalah batang beton dan bukan tulang kaki atau
tangan manusia yang memukulnya). Selain itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi
pula dengan berbagai ligamen, tendon, otot, dan kulit yang dapat membantu
mendispersikan gaya yang diterima ke seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi
terkonsentrasi) sehingga pada akhirnya dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali
gaya maksimum yang dapat diterima beton.
Tangan dan kaki karateka semakin kuat
seiring dengan bertambahnya frekuensi latihan karena terjadi adaptasi dengan
terbentuknya jaringan kalus (callus)
yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima saat terjadi tumbukan
(tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun bertumbukan dengan
balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih sangat mudah
terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan yang serius
Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes
Book dengan memecahkan 21 balok beton berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan
menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit pada tahun 2001 yang lalu. (dikutip
langsung dari situs http://www.yohanessurya.com dengan editing
seperlunya)
"
"THE
SECRET OF KARATE"
Martial arts
sayings:
“KARATE
ni sente nashi; in KARATE there is no first attack”
“Ikken
hissatsu; one-punch death-blow”
Siapa yang tidak mengenal KARATE, beladiri
ini berasal dari Pulau Okinawa, Jepang (suatu pulau yang berada di bagian
selatan Jepang). Perkembangan KARATE di Jepang dirasakan berkisar tahun
1800an-1922, maka di tahun 1922 inilah pertama kalinya seorang master yang
bernama Gichin Funakhosi (Bapak KARATE modern) mendemonstrasikannya secara
formal di depan publik Tokyo pada Kejuaraaan Atletik Nasional. Singkatnya aksi
yang dilakukan oleh Shihan Gichin tersebut mengakibatkan reaksi positif publik
sehingga KARATE dapat diterima oleh masyarakat Jepang bahkan dunia hingga saat
ini.
Gambar 1. Latihan bersama (Gashuku) rutin dilakukan sebagai sarana pemantapan dan penyeragaman teknik - didokumentasikan oleh Korca INKAI-FKTI Kab. Klaten -
KARATE sendiri merupakan martial arts
yang memanfaatkan seluruh anggota tubuh yang ada dan kekuatan alam sekitar
sebagai senjata, dapat bersifat melumpuhkan maupun menghancurkan lawan. Pada
umumnya serangan KARATE diarahkan ke bagian vital lawan, namun hal ini tidak
mutlak karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Kata KARATE berarti tangan
kosong, kara; kosong, te; tangan, do; metode). Pada prinsipnya gerakan KARATE
dibangun di atas 3 aspek mendasar, yaitu kekuatan, kecepatan dan ketepatan.
Aspek-aspek ini saling berintegrasi satu sama lain sehingga menghasilkan
gerakan yang efektif, taktis dan sistematis.
Gerakan KARATE merupakan paduan gerakan
yang paling efisien sehingga hampir tidak dapat dimaksimalkan lebih jauh lagi.
Tahukah anda bahwa pukulan yang dihasilkan oleh seorang karateka pemula
mencapai kecepatan 6 meter per detik, sedangkan seorang karateka black belt dapat mengeluarkan pukulan
dengan kecepatan 14 meter per detik (lebih cepat dari kecepatan pelari
tercepat). Gerakan KARATE sederhananya dapat dijelaskan dengan teori FISIKA, dalam
KARATE besaran fisika yang sangat berperan adalah momentum. Momentum suatu
benda yang sedang bergerak sama dengan massa benda itu dikalikan dengan
kecepatannya. Benda yang bermassa lebih besar mempunyai momentum yang lebih
besar dibandingkan dengan benda yang bermassa lebih kecil. Sebuah truk yang
bergerak dengan kecepatan 70 km/jam mempunyai momentum lebih besar dari sebuah
mobil taxi yang bergerak dengan kecepatan yang sama. Juga benda yang bergerak
dengan kecepatan lebih tinggi mempunyai momentum lebih besar, misalnya truk
yang bergerak dengan kecepatan 70 km/jam akan mempunyai momentum lebih besar
dari truk yang sama yang bergerak dengan kecepatan 35 km/jam.
Seorang karateka yang sedang memukul sasaran yang terbuat dari kayu, ketika tangannya menghantam kayu sasaran, ada momentum yang ditransfer dari tangan kepada sasaran. Besarnya gaya yang dialami oleh kayu akibat pukulan ini sangat tergantung pada berapa besar momentum yang ditransfer dan berapa lama waktu transfernya itu. Semakin besar momentum yang ditransfer semakin besar gaya yang dialami kayu. Dan semakin cepat waktu transfernya semakin besar pula gaya itu. Agar momentum tangannya lebih besar, badan karateka ikut mendorong (dorongan badan akan lebih efektif jika selama proses ini kepalan tangan berputar seratus delapan puluh derajat, sehingga sekarang kepalan tangan menghadap ke bawah). Selanjutnya momentum yang besar ini ditransfer dalam waktu sekecil mungkin. Agar waktu transfernya sekecil mungkin, setelah mengenai sasaran, sang karateka segera menarik kembali tangannya dengan cepat.
Untuk memperoleh efek hantaman yang
lebih besar lagi, tekanan yang diberikan oleh tangan sang karateka harus lebih
besar. Ini diperoleh dengan membuat permukaan sentuh antara tangan dan sasaran
sekecil mungkin. Dalam hal ini bagian yang cocok untuk menghantam adalah
tulang-tulang metacarpal (tulang antara jari dan pergelangan tangan). Seorang
karateka mampu menghantam sasaran dengan energi sekitar 150 joule. Jika
karateka ini memukul dengan telapak tangannya (luasnya sekitar 150 cm kuadrat),
maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran hanya sebesar 1 joule per
sentimeter kuadrat (yaitu 150 joule/150 cm2). Tetapi jika karateka itu
menggunakan bagian sisi tangannya yang luasnya lebih kecil (misalnya dengan
luas 15 cm kuadrat) maka energi yang dirasakan oleh titik sasaran bisa mencapai
10 joule per sentimeter kuadrat, tentu saja ini akan memberikan efek yang jauh lebih besar. Itulah sebabnya ketepatan sasaran
(pukulan yang terkonsentrasi pada luas permukaan sekecil mungkin) sangat
penting dalam Karate.
Gambar 3. Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) salah satu club karate tertua di Indonesia yang didirikan oleh Sabeth Mukhsin (DAN VIII Federasi Karate Tradisional Indonesia) - art designed by jqpandanus -
Untuk memecah balok kayu, beton, batu
bata ataupun balok es, pukulan seorang karateka harus mampu memberikan tekanan
yang lebih besar dari batas elastis (kelenturan) yang dapat ditoleransi oleh
benda-benda tersebut. Batas elastis tiap benda berbeda-beda. Beton mempunyai
batas elastis (maximum crushing) 400
kg/cm kuadrat. Artinya jika beton itu dihantam dengan gaya setara dengan berat
400 kg, pada daerah seluas 1 cm kuadrat maka beton itu akan pecah.
Batas elastis tulang manusia mencapai 40
kali batas elastis batang beton sehingga lebih susah untuk dipatahkan (saat
terjadi tumbukan yang patah adalah batang beton dan bukan tulang kaki atau
tangan manusia yang memukulnya). Selain itu, tangan dan kaki manusia dilengkapi
pula dengan berbagai ligamen, tendon, otot, dan kulit yang dapat membantu
mendispersikan gaya yang diterima ke seluruh tubuh (gaya menjadi tidak lagi
terkonsentrasi) sehingga pada akhirnya dapat menyerap gaya sebesar 2000 kali
gaya maksimum yang dapat diterima beton.
Tangan dan kaki karateka semakin kuat
seiring dengan bertambahnya frekuensi latihan karena terjadi adaptasi dengan
terbentuknya jaringan kalus (callus)
yang dapat menyerap dan mendifusikan gaya yang diterima saat terjadi tumbukan
(tangan dan kaki tidak terasa sakit sama sekali walaupun bertumbukan dengan
balok padat yang keras). Tangan dan kaki yang tidak terlatih sangat mudah
terluka karena permukaan kulit masih terlalu halus. Dengan latihan yang serius
Mikael Bigersson (Swedia) masuk Guinnes
Book dengan memecahkan 21 balok beton berukuran 60 cm x 20 cm x 7 cm dengan
menggunakan tangannya dalam waktu 1 menit pada tahun 2001 yang lalu. (dikutip
langsung dari situs http://www.yohanessurya.com dengan editing
seperlunya)
1 komentar:
MOHON KOMENTAR DARI PEMBACA, TRIMS
Posting Komentar