"URGENSI REKRUTMEN DAN STRATEGI REKRUTMEN"
1.
Pendahuluan
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh.
(QS. Ash-Shaff : 4)
Allah
Ta’ala berfirman:
“Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang
bahan bakarnya manusia dan batu”.(QS. At-Tahrim : 6)
Aset
berharga dan termahal bagi suatu pergerakan dakwah tidak dapat dilihat hanya dari
seberapa banyak dana dan fasilitas yang dimiliki
oleh suatu agen pergerakan dakwah. Namun lebih dari itu semua, hal yang
mendasar bagi keberlanjutan dakwah ini selain syiar adalah aspek kaderisasi. Sedemikian penting aspek ini bagi
suatu pergerakan dakwah sehingga Rasululloh SAW pun turun langsung dalam membina
para shahabat beliau demi terciptanya kader yang berkualitas dalam segi ukhrowi
maupun duniawi. Sejarah telah mencatat bahwa kader-kader yang dibina oleh
Rasululloh SAW memiliki rasa loyalitas dan totalitas dalam mendukung dan
berjuang demi tegaknya kalimat Allah ta’ala di bumiNYA ini. Dari penjelasan
singkat di atas maka perlu sejumlah upaya yang istiqhomah untuk “menkonservasi”
yaitu melindungi, menjaga, dan melestarikan aspek kaderisasi ini. Mungkin
apa jadinya jika aspek kaderisasi ini mati dalam suatu pergerakan dakwah, maka
sudah pasti akan terbayang dibenak kita bahwa yang akan terjadi adalah tidak
ada lagi yang melanjutkan estafet dakwah ini dalam suatu lingkup tertentu
sehingga hal ini sudah barang tentu akan mengancam dakwah itu sendiri.
Na’udzubillahi min dzalik.
2. Urgensi Rekrutmen
Beberapa
definisi rekrutmen yang di dapat dari berbagai sumber, yaitu proses menarik masuk seseorang ke dalam barisan da’wah (Lembaga
Dakwah) untuk kemudian dibina, dilakukan
penyeleksian/penyaringan SDM yang siap dibentuk:
·
Berpotensi
mengubah diri
·
Berpotensi
mengubah orang lain
Berburu bakat. “manusia itu seperti barang tambang, yang terbaik di masa
jahiliyyah tebaik juga dalam Islam”.
Agar
dakwah tidak jalan di tempat atau bahkan mundur, diperlukan sebuah proses i’dad/persiapan;
kaderisasi. Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa :
9). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.
Melakukan rekrutmen seoptimal mungkin. Mengapa seoptimal mungkin, bukan
sebanyak mungkin? Jangan sampai nanti kadernya banyak justru sulit mengelola,
malah menjadi permasalahan sendiri.
Kata kuncinya adalah keoptimalan. Disinilah kekuatan data berperan penting. Rekrutmen pastinya masuk dalam salah satu bagian alur kaderisasi Lembaga Dakwah, dengan berbagai strateginya, dengan berbagai macam kegiatan yang
dilaksanakan. Atau dengan istilah lain dengan berbagai pintu masuknya.
Namun kita
jangan lupa peran dari kader yang sudah ada di Lembaga Dakwah yang utama untuk fungsi perekrutan.
Kaderlah ujung tombak dari proses rekrutmen. Disini dakwah fardhiyah (personal) yang utama. Sebagus apapun acara untuk
merekrut kader, kalau ujung tombaknya tak mau berdakwah fardhiyah, maka hasilnya sulit untuk sesuai yang diharapkan. Di
sini kualitas kader sangat menunjang. Satu lagi catatan, dalam rekrutmen kita jangan hanya
terpatok pada waktu rekrutmen yang ada pada alur kaderisasi. Tapi rekrutmen
selayaknya dilakukan sepanjang masa kepengurusan. Pada fungsi ini, keberhasilan
adalah pada terpenuhinya kuantitas kader.
Pada
aspek kaderisasi perlu diperhatikan pula bahwa yang dikejar tidak hanya
semata-mata poin kuantitas namun juga poin kualitas, sebagaimana Allah
ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imron : 146-148. Pertama,
Nabi membutuhkan
pengikut dalam jumlah yang besar sebagai barisan mujahid fi sabilillah. Kedua, mereka memiliki kualitas yang handal dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (‘adamu al wahn), tidak mudah lesu (‘adamu adh dha’fu), tidak gampang menyerah (‘adamu al istikanah). Ketiga,
mereka adalah orang-orang yang menyadari kelemahan dan kesalahan diri.
Maka, fokus kerja kaderisasi, yaitu: (1) to
raise the quantity (numu al kamiyah),
kuantitas (2) to develop the quality
(numu an nau’iyah), kualitas (3) to build up the competence (numu al qudrah).
Fungsi kaderisasi ini
meliputi proses-proses pendataan; rekrutmen kader; ri’ayah (penjagaan) dan tarqiyah
(up grading); penataan dan
pengkaryaan; serta mutaba’ah (control & monitoring). Untuk mendukung proses-proses tersebut diperlukan
pula koordinasi dan komunikasi antar elemen Lembaga Dakwah. Dan yang tak kalah penting adanya elemen Lembaga
Dakwah yang memang
bertugas khusus mengampu proses ini. Ada elemen yang khusus mensistemkan
bagaimana kaderisasi di Lembaga Dakwah, bagaimana alurnya, bagaimana standar mutu kader Lembaga
Dakwah yang harus
dicapai sistem kaderisasi Lembaga Dakwah, bagaimana pembagian peran elemen-elemen Lembaga
Dakwah dalam fungsi
kaderisasi, dsb.
3. Strategi Rekrutmen
Jika
kita ingin mengkaji terkait strategi rekrutmen maka sudah barang tentu kita
harus mengaca kepada Rasululloh SAW. Umumnya pola rekrutmen yang diterapkan
oleh beliau adalah melalui qudwah
hasanah beliau. Beliau menjadi suri tauladan yang baik tidak hanya bagi
shahabat-shahabat beliau namun juga kepada musuh – musuh beliau sehingga hal
ini menimbulkan rasa simpatik dan akhirnya menarik mereka untuk menjadi
pengikut Rasululloh SAW. Sebagaimana firman Allah ta’ala: “Telah ada pada diri
Rasululloh SAW suri tauladan yang baik bagi kalian”. Kemudian dalam hadits yang
diriwayatkan oleh imam Ahmad, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Adapun
setelah rekrutmen dinilai berhasil maka perlu dilakukan tahapan dalam proses
kaderisasi : Tansyi’ah wal tanmiyah: Pembentukan dan pengembangan Ri’ayah:
Pemeliharaan Taujih wal tauzhif: Pengarahan dan pendayagunaan
Tansyi`ah
wal tanmiyah (pembentukan dan pengembangan) : Yaitu membentuk dasar kemampuan
seorang kader sebagai calon penerus amanah dan mengembangkan dasar kemampuan
tersebut, termasuk bila seorang kader memiliki kelebihan atau bakat ternentu.
Dalam proses tansyi`ah harus memperhatikan tiga sisi penting yaitu :
Pembentukan ruhiyah ma`nawiyah: kekuatan moral dan ruhi (liqoat/mentoring,
mabit) Pembentukan Fikriyah Tsaqofiyah: kekuatan fikir (diskusi, bedah buku,
taklim) Amaliyah Harakiyah: kemauan bertindak. (membantu dalam kepanitiaan dan
kegiatan) Juga pengembangan secara terus menerus Tansyi`ah wal tanmiyah
(pembentukan dan pengembangan)
Ar
Ri`ayah (pemeliharaan) : Kepribadian Islami yang sudah atau mulai terbentuk
harus dijaga dan dipelihara ma`nawiyah, fikriyah dan amaliyahnya Proses
kaderisasi selalu dimutaba`ah (dikontrol) dan ditaqwim (dievaluasi) sehingga
jangan sampai ada yang berkurang, menurun atau melemah.
At
Taujih (pengarahan) dan At Tauzhif (Pemberdayaan). : Pengembangan kader tidak
boleh berhenti pada aspek pribadi, tapi juga bagaimana kader tersebut berperan
dalam melakukan perbaikan. Karenanya diperlukan pengarahan dan penempatan dalam
aktivitas-aktivitas dakwah, dengan memperhatikan kualitas, kelebihan, dan
kekurangan masing-masing.
4. Kesimpulan
1. Urgensi
Dakwah, Allah ta’ala pernah berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka..” (QS An Nisa :
9).
2. Strategi
rekrutmen dapat disesuaikan dari lingkungan masing-masing, namun pola rekrutmen
hendaknya disesuaikan dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasululloh SAW,
yaitu dengan uswatun hasanah.
Wallahua'lam bi showab...
Sumber:
LDK : Akankah Hanya Menjadi Fondasi yang Tak Kunjung
Kokoh Berdiri?
Proses
Kaderisasi : Proses Kaderisasi Diskusi Online IPTIJ – 9 Agustus 2010
Proyek
Peradaban Kita (Ditulis oleh Anis Matta, diambil dari buku “Menikmati
Demokrasi)
Ibnu,
Abdul Malik. 2000. Sehari di Rumah Rasululloh SAW. Gema Insani Press: Jakarta.